Lihat ke Halaman Asli

Purwanto (Mas Pung)

Pricipal SMA Cinta Kasih Tzu Chi (Sekolah Penggerak Angkatan II) | Nara Sumber Berbagi Praktik Baik | Writer

Sejarah Bergerak Maju, Kesederhanaan vs Ketamakan (Kasus SN)

Diperbarui: 7 Desember 2015   09:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

“Sejarah manusia itu pada dasarnya adalah sejarah keselamatan atau perkembangan. Sebagai pribadi maupun sebagai komunitas masyarakat, perkembangan itu akan sampai pada tahap yang ideal”  Kalimat itu pernah saya baca dari sebuah buku, tapi saya lupa judul dan pengarangnya.

Perkembangan Hidup

Makna kalimat tersebut terus mengingatkan saya, terutama disaat saya mengalami peristiwa “penderitaan”. Pernah kebenaran kalimat itu disangkal dalam sebuah sesi diskusi saat saya sharing. Bagi saya kebenaran itu bersifat terbuka tidak mutlak. Terlepas dari ketidaksepahaman orang lain, saya meyakini kebenaran kalimat itu. Saya menjadi optimis menghadapi kehidupan, terutama disaat menghadapi peristiwa “duka dan derita”. Optimisme itu muncul dari sebuah keyakinan bahwa sejarah hidup saya akan bergerak maju, penderitaan atau peristiwa duka adalah bagian dari kehidupan yang memperkaya hidup. Dan benar adanya, ketika kesadaran seperti itu hidup dalam diri, maka setiap peristiwa dan tantangan atau hambatan yang saya hadapi terasa sebagai anak tangga yang harus saya lalui, dan saya merasa yakin bisa melalui itu.

Saya mengalami kebenaran kalimat diatas menjadi semakin kuat ketika saya bukan hanya optimis melainkan mampu melihat sisi positif dari setiap peristiwa terutama, dibalik penderitaan atau duka. Dengan kata lain, ketika saya mampu bersyukur dalam peristiwa itu, saat itulah saya mengalami perasaan begitu dekat dengan Tuhan atau kadang disebut konsolasi.  Sungguh menjadi sebuah kehidupan yang membahagiakan.

Refleksi

Ide ini sangat sederhana, tapi sangat penting. “Meyakini bahwa hidup kita pada dasarnya bergerak maju”. Sejarah hidup kita itu sejarah yang menuju pekembangan bukan kehancuran. Apapun yang terjadi dalam hidup sekalipun itu peristiwa yang sangat negative, seperti bencana, kecelakaan, kematian, kegagalan dan sebagainya, tidak akan membuat kehidupan manusia begerak mundur atau mandeg sejauh kita tetap optimis; mampu melihat sisi positifnya dan yakin bahwa semuanya akan baik adanya.

Saya pikir lebih dalam, keyakinan itu akan lahir dalam diri kita sejauh kita mampu melihat kehidupan ini dengan kaca mata  kesederhanaan. Paradigma yang menghilangkan keserakahan, hawa nafsu menumpuk kekayaan dan menggalangng kekuasaan, memperjuangkan kehormatan dengan cara-cara yang tidak terhormat. Hati nurani dijadikan tumbal dalam keserakahan dan ketamakan. Jelas yang terakhir ini adalah penghalang sejarah manusia yang bergerak maju.

Sebagai contoh saja, penghalang itu saat ini sedang dipertontonkan dalam drama kolosal yang berjudul “Papa Minta Saham”, yang saat ini memasuki episode “Sidang MKD Gagal Masak Semur Jengkol” sehingga bau tidak sedap menyengat kemana-mana. Drama ini mempertontonkan bentuk keserakahan dan ketamakan yang luar biasa dari seorang (kelompok) anak manusia.  




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline