Di tengah padatnya Jakarta, diantara banyaknya kerumunan, di sore hari yang cerah, di sana ada seorang penjual Siomay dan Batagor dengan impian yang mulia untuk dirinya dan keluarganya, nama beliau Pak Eko. Pak Eko sudah berjualan Siomay dan Batagor dari tahun 1997, tepatnya di depan Sekolah Yayasan Al-Ikhlas dan SMP 68 Jakarta, Cipete, Jakarta Selatan.
Beliau sudah berjualan Siomay bahkan sebelum kedua sekolah tersebut dibangun dan tempat selain di dekat sekolah adalah berkeliling di sekitaran Jalan Cipete Raya. Biasanya di pagi hari, Pak Eko akan berjualan di depan Salon Itje Her sampai jam 10, lalu ia akan berpindah ke depan sekolah untuk menunggu anak-anak sekolah datang untuk membeli Siomay dan Batagor dagangannya.
Pak Eko memiliki seorang istri dan 3 orang anak, anak pertamanya sudah bekerja, anak yang kedua sudah masuk ke dalam perguruan tinggi, dan anak yang ketiga saat ini berada di bangku Sekolah Menengah Pertama. Dengan keluarganya yang harus dinafkahi, Pak Eko menjalani kesehariannya dengan berjualan Siomay dan Batagor dari pagi hingga sore hari. Kelezatan Siomay dan Batagor buatan Pak Eko, yang dihasilkan dari kerja kerasnya, menjadikan setiap butir dagangannya memiliki cerita dan perjuangan tersendiri.
Banyak hal-hal yang telah dilalui dan dirasakan oleh Pak Eko, keluh kesah beliau apalagi jika sedang liburan sekolah, terkadang dagangan nya tidak terjual sesuai dengan kebutuhan Pak Eko. Dengan banyaknya risiko disaat berdagang, melalu kegigihan dan rasa tanggung jawab yang tiada henti-hentinya, Pak Eko tetap selalu berusaha dengan semua kemampuan yang ia miliki. "Istilahnya namanya Pak Eko nungguin anak-anak sekolahan ya, kadang-kadang dari sekolahan tidak ada, terkadang kalau keluar kadang ada kadang tidak ada, mungkin keluhannya itu aja sih ya," ujar Pak Eko dengan senyumannya yang begitu lebar, menerima dan mensyukuri apapun pemberian tuhan yang ia dapatkan. Namun keluarga Pak Eko selalu mendukung dirinya untuk berjualan, tidak ada sama sekali keluhan dari keluarga dari segi pendapatan maupun perasaan buruk lainnya terhadap Pak Eko. "Kalau masalah dengan keluarga, alhamdulillah kita aman dan tentram, semuanya aman terkendali, walaupun istilahnya namanya risiko, terkadang kurang, terkadang mencukupi, kita yang penting bersyukur aja sudah."
Sebagai tulang punggung keluarga, Pak Eko siap untuk melakukan apapun demi kebahagiaan keluarganya. Pak Eko rela untuk bersusah payah hanya untuk kebutuhan dan kebahagiaan anak-anaknya. Sosok ayah yang cinta dengan tulus dan penuh kasih sayang terhadap keluarga tercintanya, membuat Pak Eko dengan apapun kesulitan yang ia hadapi, siap untuk berusaha tanpa mengeluh. "Terkadang namanya orang jualan itu, terkadang ada terkadang tidak, kalo memang betul-betul lagi tidak ada, istilahnya kalau saya sampai harus hutang pinjam dulu nantinya saya ganti gitu ya, yang penting keluarga mencukupi, tapi selama jualan ini alhamdulillah mencukupi,"ujar Pak Eko. Di luar itu semua sebagai pedagang kaki lima, tentunya Pak Eko juga memiliki cerita-cerita jenaka pada kesehariannya saat berjualan. Mulai dari keinginan pembeli yang tidak biasa, kelucuan anak-anak ketika membeli dagangan Pak Eko, semua itu membuat hari-hari Pak Eko lebih berwarna dan memunculkan banyaknya kisah di dalam hidupnya.
Di tengah tantangan yang dihadapi Pak Eko sehari-hari, Pak Eko adalah seorang pemimpi. Pemimpi yang ingin menghidupi seluruh anggota keluargnya, membahagiakan anggota keluarga, dan menciptakan keharmonisan di dalam sehari-hari kehidupannya bersama keluarga tersayang, seorang ayah yang rela mengerahkan seluruh kemampuan dan keringatnya demi keluarga yang harmonis dan bahagia. "Kalau dibilang impian gitu ya, saya mau punya rumah di Jakarta ini ya, saya mau menyekolahkan anak-anak saya, saya mau mencukupi keluarga saya. Kita darimana gitu kalau tidak berusaha ya kan." Walaupun tanggungannya sebagai ayah, beratnya menjalani kehidupan, usaha yang tak ada henti-hentinya, Pak Eko tetap menyampaikan impian dan keinginannya dengan senyumannya yang begitu lebar dan penuh mimpi, rasa syukur yang ia rasakan dan kenikmatan yang telah diberikan tuhan, membuat Pak Eko tidak ingin berhenti berusaha dan memberikan yang terbaik kepada keluarga tercintanya.
Menjadi seorang ayah tidak lah mudah, di tengah kerumunan dan kepadatan Jakarta, di hari-hari yang cerah maupun kelam, seorang pedangang kaki lima dengan penuh mimpi tidak pernah berhenti untuk berusaha dan berjuang. Menjadi tulang punggung keluarga merupakan tanggung jawab yang besar, dipenuhi dengan niat yang baik, tekad yang kuat, perasaan yang tulus, semerta-merta hanya mengharapkan rezeki dari tuhan atas segala kerja keras yang telah dilakukan. Pak Eko seorang pedagang Siomay dan Batagor adalah orang itu, dengan keringat yang ia teteskan setiap harinya, setiap tetesan mengandung cinta dan kasih sayang terhadap apa yang ia lakukan dan apa yang ia impikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H