Lihat ke Halaman Asli

Praktik Coaching ala Fresh Graduate

Diperbarui: 21 Januari 2021   12:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Indonesia merupakan negara yang berpotensi menghasilkan SDM yang kreatif dan inovatif. Hal ini dapat kita lihat dari perusahaan yang terus berkembang di Indonesia diisi oleh anak negeri yang dapat menghasilkan produk yang diminati pasar luar negeri. Akan tetapi, banyak pula fresh graduate yang masih kebingungan menghadapi problem di lapangan karena disamping mempraktekkan keilmuan yang mereka miliki, mereka harus mengikuti manajeman perusahaan. Manajemen perusahaan tidak dapat dipisahkan dari interaksi dengan orang lain. Kita perlu berkomunikasi dengan orang lain untuk menghadapi interaksi dengan baik, salah satunya adalah coaching.

Coaching adalah sebuah proses interaktif yang dapat digunakan oleh pimpinan untuk mengatasi masalah-masalah kinerja atau untuk mengembangkan kapabilitas karyawan. Marilah kita ambil contoh dari pengalaman Fitri sebagai supervisor di sebuah perusahaan swasta yang memproduksi kain. Fitri adalah fresh graduate yang masuk ke dalam sebuah pabrik produksi dengan semangat membara.

Kebijakan perusahaan mengharuskan Fitri mengalami masa percobaan selama 3 bulan. Fitri belum punya jobdesk sehingga Fitri hanya berinisiatif melakukan hal-hal yang menurutnya penting untuk berkarir di perusahaan. Fitri memilih untuk melakukan observasi, berkenalan dengan operator mesin, maintenance dan kepala bagian di departemen tugas. Observasi membantunya mengukur tingkat kinerja orang-orang di sekitar.

Awalnya Fitri merasa diacuhkan karena tidak ada yang membimbingnya. Ia hanya dapat bertanya kepada manager jika tidak meeting. Fitri memilih terus berkeliling lapangan untuk mencari masalah dan solusi yang dilakukan operator. Fitri kadang melihat hal-hal yang harus diperbaiki, bagaimana pekerja saling berinteraksi, kelalaian operator terhadap APD (Alat Pelindung Diri) dan kondisi mental karyawan. Pada 3 bulan masa percobaan itulah Fitri mendapatkan hasil observasi dan beberapa hasil diskusi dengan operator yang ia tulis sebagai laporan masa percobaan pada HRD.

Setelah itu Fitri di angkat menjadi supervisor di departemen persiapan. Kata orang departemen itu bermasalah. Memang di bulan pertama menjabat, Fitri mendapatkan cobaan yang begitu besar dari operator karena Fitri memimpin 25 karyawan dengan umur rata-rata di atas 30 tahun. Tentu saja pengalaman mereka lebih banyak dari pada Fitri yang baru saja lulus kuliah.

Pada suatu hari Fitri menemui masalah mengenai beam yang tidak dibersihkan sebelum dipakai. Hipotesis Fitri adalah orang yang akan memulai proses menggulung benang itu tidak mau membersihkannya. Selanjutnya Fitri bertanya dengan operator, apakah betul begitu.

"Kenapa beam turun dari creel mesin kanji selalu ada benang sisa ya?", Fitri mulai dengan pertanyaan terbuka.

"Itu karena proses awal menggulung benang di mesin tidak langsung dihitung cut mark-nya mbak, karena awal penggulungan benang sering putus"

"Apa tidak ada yang bertanggung jawab terhadap benang yang seharusnya jadi waste itu?"

"Itu karena operator mesin kanji tidak membersihkannya mbak, mereka malas membersihkannya", Jawab salah satu operator mesin hani.

Selanjutnya Fitri mencari tahu ke operator kanji, jawabannya pun sebelas duabelas, mereka menyalahkan operator mesin hani yang tidak mau membersihkan sebelum proses menggulung.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline