Lihat ke Halaman Asli

Biografi Fatimah Azzahra: Perempuan Inspiratif dalam Karier, Keluarga dan Pendidikan

Diperbarui: 8 Desember 2024   20:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Keluarga Kecil Fatimah AzzahraI(Sumber: Fatimah Azzahra)

Fatimah Azzahra, yang akrab dipanggil Ara, adalah sosok wanita inspiratif yang berhasil menjalani berbagai peran dengan sangat baik. Beliau saat ini bekerja di sebuah platform komunikasi global sebagai bagian dari tim sales acceleration. Di sisi lain, ia juga berperan sebagai istri dari Farhan Makarim dan ibu dari Sabbih Kahfi Makarim, seorang anak laki-laki berusia empat tahun. Perjalanan hidupnya penuh dengan perjuangan, tekad, dan impian besar.


Ara baru saja menyelesaikan pendidikan program sarjana di bidang Manajemen Bisnis di London School of Public Relations (LSPR) Jakarta pada November 2024. Sebelum menyelesaikan studi di LSPR, Ara sempat mengenyam pendidikan di Turki sebelum kemudian menikah dan melanjutkan studi di Indonesia. Keputusannya untuk masuk LSPR didorong oleh keinginan untuk mengikuti program pertukaran pelajar yang ditawarkan kampus tersebut, bekerja sama dengan Erasmus, sebuah lembaga beasiswa Eropa.


Motivasi dan Perjalanan Menuju Program Pertukaran Pelajar
Mimpi untuk merasakan kehidupan di luar negeri telah tertanam dalam dirinya sejak kecil. Ara selalu ingin membuktikan anggapan banyak orang bahwa kehidupan di luar negeri menawarkan lingkungan, infrastruktur, dan teknologi yang lebih baik. Namun, seiring berjalannya waktu, motivasi tersebut berkembang. Baginya, kesempatan untuk tinggal di luar negeri tidak hanya memberikan pengalaman baru tetapi juga membuka peluang besar untuk pengembangan diri, baik secara personal maupun profesional.


Proses menuju program pertukaran pelajar ini tidaklah mudah. Ara harus melalui dua tahap seleksi administratif. Tahap pertama mencakup persyaratan nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) minimal 3,2, tanpa ada mata kuliah yang diulang, membuat surat motivasi, dan mendapatkan surat rekomendasi dari dosen. Tantangan terbesar dalam tahap ini adalah mendapatkan surat rekomendasi, mengingat kuliah dilakukan secara daring selama pandemi, sehingga hubungan antara mahasiswa dan dosen menjadi lebih terbatas.


Tahap kedua melibatkan sertifikasi bahasa Inggris dengan standar minimal British Council C1 atau IELTS setara dengan skor 6. Setelah kedua tahap ini terlewati, Ara juga melamar beasiswa Erasmus, yang mengharuskannya mengikuti wawancara sebagai bagian dari proses seleksi.


Dukungan Keluarga dan Persiapan
Keputusan Ara untuk mengikuti program pertukaran pelajar mendapatkan dukungan penuh dari suami, keluarga, serta orang tua dan saudara-saudaranya. Dukungan ini menjadi kekuatan besar bagi Ara dalam mewujudkan impiannya.


Persiapan untuk menjalani program ini dilakukan dengan matang, baik secara mental maupun material. Sebagai seorang istri dan ibu, ia harus memikirkan bagaimana program ini akan memengaruhi rutinitas keluarga. Ara melakukan eksplorasi mendalam tentang kurikulum, tipe penilaian, dan karakteristik negara tempat ia akan tinggal. Ia juga memastikan kebutuhan suami dan anaknya, termasuk makanan serta produk untuk anaknya yang saat itu masih berusia dua tahun.


Dari sisi material, biaya Ara untuk program pertukaran pelajar ditanggung oleh beasiswa, tetapi biaya untuk suami dan anaknya harus ditanggung secara mandiri. Untungnya, suaminya memiliki pekerjaan yang bisa dilakukan secara remote, meskipun tetap memerlukan izin khusus dari kantor.


Tantangan di Luar Negri
Sebagai seorang istri dan ibu, Ara menghadapi tantangan kehidupan akademik dan kehidupan personal selama tinggal di Denmark. Salah satu tantangan akademik adalah padatnya jadwal perkuliahan di Denmark, dimana kurikulum perkuliahan mereka memiliki sistem 30 SKS per satu semester. Dengan padatnya jadwal kelas yang mana hampir 4x seminggu, serta tugas kelompok yang harus diselsaikan tepat waktu. Meskipun begitu Ara belajar untuk mempercayai suaminya dalam menggantikan peran untuk menjaga anak sementata waktu.


Tantangan lainnya adalah tantangan kehidupan sosial, personal, dan lainnya selama di Denmark itu sendiri, salah satunya adalah culture shock. Seperti yang diketahui bahwa Denmark merupakan salah satu negara Nordic dimana saat memasuki musim dingin, setiap hari cuaca bisa sangat berubah, hujan, badai, dan sangat berawan sehingga secara tidak langsung ternyata hal tersebut mempengaruhi psikis masyarakatnya termasuk dirinya. Disisi lain, Ara juga menceritakan bahwa Denmark merupakan salah satu negara yang serba terstruktur, terukur, sistematis, dan bahkan semua sistem mulai dari kesehatan, transportasi, pemerintahan sudah terdigitalisasi. Dengan begitu, banyak hal unik namun juga rumit yang harus Ara dan keluarga ikuti dan sesuaikan agar bisa mendapatkan izin tinggal di Denmark.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline