Lihat ke Halaman Asli

Billy Steven Kaitjily

TERVERIFIKASI

Nomine Best in Opinion Kompasiana Awards 2024

Air di DKI Jakarta Tercemar, Bagaimana Pemprov Menanganinya?

Diperbarui: 9 Desember 2024   22:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi-- Perempuan dan anak menyiduk air sungai di Drainase Cengkareng, Jakarta Barat, Selasa (15/8/2023). (KOMPAS/ERIKA KURNIA)

Permasalahan kualitas air di DKI Jakarta sudah mencapai titik kritis. Sebagai ibu kota negara dan pusat aktivitas ekonomi, Jakarta menghadapi berbagai tantangan dalam menjaga keberlanjutan lingkungan hidupnya.

Salah satu tantangan terbesar saat ini adalah pencemaran air sungai dan air tanah. Dilansir dari mediaindonesia.com, pengamat tata kota, Nirwono Yoga, mengungkapkan bahwa, 90% air sungai hingga air tanah di Jakarta sudah tercemar, terutama oleh bakteri E coli (Escherichia coli).

Situasi ini, menuntut solusi yang mendalam dan berkelanjutan dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.

Dalam tulisan ini, kita akan membahas tiga aspek penting terkait permasalahan ini: kondisi air sungai dan air tanah, penyebab pencemaran, serta tantangan Pemprov dalam menangani masalah tersebut.

Warga menjala ikan di Danau Elang Laut, Kamal Muara, Penjaringan, Jakarta Utara | Sumber: Dokumen pribadi/Billy Steven Kaitjily

Kondisi Air Sungai dan Air Tanah yang Tercemar

Sebagaimana kita ketahui bahwa Jakarta, memiliki 13 sungai utama yang membentang di wilayahnya. Sayangnya, sebagian besar dari sungai ini telah berubah fungsi menjadi saluran limbah.

Menurut data terbaru, air sungai di Jakarta hampir sepenuhnya tercemar berat oleh bakteri E coli, dengan tingkat pencemaran yang jauh di atas ambang batas standar air bersih.

E coli, yang berasal dari limbah manusia dan hewan, menjadi indikator pencemaran mikrobiologis yang serius.

Selain itu, air tanah di permukiman padat penduduk pun tidak luput dari pencemaran. Nirwono menjelaskan bahwa, banyak sumur warga di kawasan padat memiliki jarak yang terlalu dekat dengan septic tank, sering kali, hanya berjarak 10-12 meter, bahkan kurang.

Kondisi ini menyebabkan bakteri berbahaya dari septic tank menyusup ke air tanah. Akibatnya, warga Jakarta menghadapi risiko kesehatan serius, jika menggunakan air tanah untuk kebutuhan sehari-hari tanpa pengolahan yang memadai.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline