Lihat ke Halaman Asli

Billy Steven Kaitjily

Penulis dan Narablog

Kenangan Manis Es Potong Abang Billy yang Melegenda

Diperbarui: 1 Agustus 2024   11:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Es potong | Sumber gambar: Kompas.com/Alifia Nuralita Rezqiana

Topik pilihan editor Kompasiana kali ini membuat saya bernostalgia belasan tahun silam. Bagaimana tidak, editor meminta setiap Kompasianer untuk berbagi kisah mengenai es krim jadul yang menjadi favorit masing-masing.

Generasi 90-an seperti saya, tentu saja familiar dengan es krim zaman dulu seperti es lilin, es goyang, es serut pelangi, es gabus, es potong, es kado, es dung-dung, es wawan, dan es mony. Di antara es krim tersebut, barangkali yang paling berkesan bagi saya adalah es potong.

Karena itu, izinkan saya berbagi cerita tentang pertemuan saya dengan es potong dan bagaimana saya jatuh hati padanya. Perlu dicatat bahwa untuk mengingat masa-masa dulu kala dan menceritakannya kembali itu tidak mudah. Meski begitu, saya tetap berusaha mengingat kisah saya dengan es potong.

Seingat saya, pertama kali saya berjumpa dengan es potong yaitu pada saat saya duduk di bangku SD. Pertemuannya bukan terjadi di sekolah, tapi di komplek rumah saya. Tentu saja ini terdengar aneh. Bukankah es krim jadul biasa ditemui di halaman sekolah?

Begini ceritanya. Penjual es potong, Abang Billy, namanya, biasa berkeliling kampung dengan sepeda ontelnya sambil berteriak es potong...es potong. Warga yang menjadi langganannya, sudah tahu dan langsung keluar menghapirinya.

Karena Bang Billy ini adalah anggota Gereja Sidang Jemaat Allah di Desa Haria, Saparua, Maluku Tengah, ayah saya yang saat itu menjadi pendeta di GSJA tentu mengenalnya. Hal ini karena ayah saya sering melakukan pelayanan di GSJA Haria dan bertemu Bang Billy.

Karena hubungan baik inilah, Bang Billy, sering mampir di rumah kami dan kami membeli es potongnya. Adapun es potong yang dijual Bang Billy berbentuk tabung memanjang dengan dibungkus plastik, disajikan dengan cara dipotong, lalu ditusuk menggunakan lidi.

Sama seperti es goyang, es potong juga dicelup kedalam cairan cokelat terlebih dulu dan di dinginkan sebelum dihidangkan. Rasanya pun beragam, ada rasa cokelat, vanila, dan rasa buah-buahan. Saya paling suka yang rasa cokelat. Kala itu, harga per es potong adalah Rp250 rupiah.

Setahu saya, es potong yang dijual di Pulau Saparua hanya es potong Abang Billy. Selain dia, tidak ada lagi yang buat. Karena itu, es potong Bang Billy ini paling terkenal pada masa itu. Berkat berkeliling kampung menggunakan sepeda, setiap warga kampung mengenal es potong Bang Billy.

Pagi ini, saya iseng menelpon Ibu saya di Saparua untuk menanyakan kabar terkini es potong Bang Billy. Kata Ibu, sekarang Bang Billy sudah tidak terlihat lagi, karena sudah pindah domisili di Akoon, Kecamatan Nusalaut, Maluku Tengah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline