Saya terlahir dalam keluarga yang bukan perokok. Karena itu, saya tidak terbiasa mencium bau rokok, terlebih asapnya.
Istri saya, juga demikian. Ia tidak tahan bila mencium bau rokok, apalagi asapnya.
Bau rokok dapat membuat kami pusing dan asap rokok membuat kami batuk-batuk hingga kesulitan bernapas.
Belum lama ini, kami melapor tetangga kontrakan yang suka merokok di emparan rumah ke pemilik kontrakan.
Sebelumnya, kami sempat menegur baik-baik. Tapi, karena tidak ada perubahan, kami putuskan untuk melapor ke pemilik kontrakan.
Sebenarnya, kami sudah cukup bersabar dengan menutup ventilasi udara menggunakan plastik agar tidak kemasukan bau dan asap rokok.
Tapi, langkah itu ternyata tidak mempan juga. Bau dan asap rokok tetap saja masuk melalui cela pintu.
Belum lagi, bau dan asap rokok yang menempel pada dinding dan pakaian yang kami jemur di emparan rumah -- sebuah keadaan yang sama sekali tidak enak.
Apakah si perokok tidak tahu bahwa asap rokok yang dihirup oleh orang-orang di sekitarnya berbahaya bagi kesehatan?
Ah, rasanya mustahil, jika si perokok tidak mengetahuinya.