Lihat ke Halaman Asli

Billy Steven Kaitjily

TERVERIFIKASI

Blogger

Alasan Thailand Memperketat Turis Asing, Indonesia Perlu Tiru

Diperbarui: 12 Maret 2024   16:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Bandara Udara Suvarnabhumi, Bangkok. (Sumber gambar: cnnindonesia.com)

Seperti yang kita ketahui bahwa, belum lama ini, pemerintah Thailand memperketat kebijakan wisatawan asing yang hendak berkunjung ke negaranya.

Usaha ini, dinilai sebagai langkah yang baik untuk menyeleksi wisatawan asing, sekaligus mencegah terjadinya perdagangan manusia (human trafficking).

Istilah "human trafficking" ini dipergunakan untuk menjelaskan kondisi, di mana seseorang atau sekelompok orang yang diperjual/belikan untuk tujuan eksploitasi atau perbudakan.

Thailand disebut-sebut sebagai salah satu negara di Asia Tenggara yang menjadi negara tujuan atau transit utama bagi puluhan ribu korban perdagangan manusia.

Merujuk data eprints.upnyk.ac.id, rata-rata jumlah korban perdagangan manusia di wilayah Thailand mencapai sekitar 651.800 jiwa per tahunnya.

Para korban terdiri dari perempuan, laki-laki, dan anak-anak, yang berasal dari wilayah Thailand dan dari luar negeri, termasuk Indonesia. Para korban diperdagangkan dengan tujuan eksploitasi seks, nelayan, pengemis, dan scamming online.

Mereka, umumnya, berasal dari latar belakang ekonomi yang rendah, pendidikan di bawah rata-rata, serta tidak terdaftar sebagai penduduk nasional Thailand.

Pelaku perdagangan manusia menargetkan dan merekrut korbannya dengan hadir menawarkan bantuan, berpura-pura menjadi teman atau pacar.

Pelaku memanfaatkan kesulitan korbannya, memaksa mereka untuk bertemu secara langsung maupun tidak langsung, dan menjanjikan mereka pekerjaan yang layak di luar negeri.

Meningkatnya jumlah korban perdagangan manusia dari tahun ke tahun, mendorong pemerintah Thailand mengambil berbagai kebjiakan, salah satunya adalah memperketat masuknya turis asing ke negaranya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline