Lihat ke Halaman Asli

Billy Steven Kaitjily

Penulis dan Narablog

Alasan Mengapa Saya Masih Tetap Tinggal di Jakarta

Diperbarui: 30 Januari 2024   01:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi penumpang turun dari bus antar provinsi di terminal Jakarta. (sumber gambar: sindonews.com)

Sebagai anak desa, bersekolah dan tinggal di kota besar seperti Jakarta, merupakan impian terbesar. Perjalanan saya ke Jakarta, dimulai dari kota Malang, Jawa Timur.

Kala itu, tahun 2009, saya diterima kuliah di Sekolah Tinggi Teologi Satyabhakti (SATI) Malang. Saya terbang dengan pesawat dari Bandara Pattimura Ambon menuju Bandara Internasional Juanda Surabaya. Itu adalah kali pertama saya naik pesawat. He-he.

Di Malang, saya tinggal di asrama kampus, hingga lulus kuliah tahun 2014. Setelah lulus, kakak kelas menawarkan pelayanan di Jakarta ke saya. Tanpa berpikir panjang, saya langsung mengiayakannya.

Saya ingat, saya berangkat ke Jakarta naik bus malam dari terminal Arjosari, Malang. Tiba di Jakarta, saya disambut hangat oleh kakak kelas saya. Peristiwa itu terjadi sekitar akhir tahun 2014.

Sejak saat itu, hingga sekarang, saya tetap melayani dan tinggal di Jakarta. Bahkan, saya telah menjadi warga Jakarta Barat.

Artikel ini merupakan sebuah refleksi atau pemikiran yang berangkat dari pengalaman saya tinggal di Jakarta selama hampir 10 tahun.

Berdasarkan pengalaman itulah, saya berani berkata bahwa, Jakarta tetap menjadi kota yang menarik dan nyaman untuk ditinggali.

Sebelum melihat beberapa alasan fundamental mengapa saya ingin tetap tinggal di Jakarta, kita akan melihat terlebih dahulu beberapa alasan mengapa orang tidak tertarik lagi untuk tinggal di Jakarta.

Alasan Mengapa Orang Tidak Ingin Tinggal di Jakarta

Ada yang bilang, kalau Jakarta adalah kota yang paling "kejam" atau "keras". Maksudnya, kota yang biaya hidupnya serba mahal, apalagi jika gajinya kecil (di bawah UMR). Sehingga, bagi yang bertahan di Jakarta dianggap hebat.

Pandangan di atas benar, sebab saya telah mengalaminya sendiri. Nanti, saya akan ungkapkan alasan saya tetap kekeh tinggal di Jakarta, meskipun biaya hidupnya serba mahal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline