Lihat ke Halaman Asli

Billy Steven Kaitjily

Penulis dan Narablog

Pendidikan di Norwegia Sudah Tak Gratis Lagi, Why?

Diperbarui: 10 Januari 2024   17:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Ilustrasi Universitas Sains dan Teknologi Norwegia. (sumber gambar: kumparan.com/Sekarsari Sugihartono)

Saya kira, kita semua setuju kalau pendidikan merupakan investasi terbaik bagi masa depan umat manusia. Tanpa pendidikan yang berkualitas, umat manusia tidak akan siap menghadapi tantangan global di masa depan.

Tidak dapat disangkali, untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas, kita harus membayar harga yang mahal. Setiap negara memiliki perincian biaya pendidikan yang berbeda-beda, karena perbedaan mata uang.

Mengutip laman cnbcindonesia.com., dalam laporan oleh Organisation for Economic Co-Opration and Development/OECD, secara global, rata-rata siswa, akan menghabiskan dana sebesar US$ 10.520 per tahun (setara Rp 149,3 juta; asumsi kurs Rp 14.200/US$) untuk menempuh pendidikan dari tingkat dasar sampai lulus universitas.

Perhitungan ini dilakukan dengan memasukkan biaya pendidikan, baik negeri maupun swasta, dari 35 negara anggota OECD di tahun 2015.

Meskipun biaya pendidikan di sejumlah negara terbilang sangat mahal, namun ada beberapa negara yang menerapkan sistem pendidikan gratis, tanpa beasiswa. Beberapa di antaranya, juga memberikan perkuliahan gratis bagi mahasiswa asing.

Adapun beberapa negara yang menerepakan sistem pendidikan gratis, yaitu Finlandia, Slovenia, Jerman, dan Swedia. Sebenarnya, Norwegia, juga termasuk di dalam daftar negara yang menerapkan sistem pendidikan gratis di dunia.

Namun, menurut laporan Rostya Putri, mahasiswa Program Master di Norwegian University of Science and Technology (NTNU), di pertengahan tahun 2022 lalu, pemerintah Norwegia mulai memperkenalkan skema kuliah berbayar untuk seluruh mahasiswa yang berasal dari luar Uni Eropa (UE), Wilayah Ekonomi Eropa (EEA), dan Swis.

Dalam laporannya, seperti yang dikutip di laman kumparan.com., Menteri Riset dan Pendidikan Tinggi, Ola Borten Moe, mengatakan bahwa, mahasiswa dari negara-negara non-EU atau EEA harus membayar biaya kuliah karena mahasiswa Norwegia melakukan hal yang sama, sehingga gagasan ini hadir atas alasan kesetaraan.

Perubahan kebijakan ini tentunya menimbulkan polemik. Di satu sisi, kebijakan ini akan menghemat anggaran pendidikan yang diperkirakan mencapai 1,2 miliar kroner, sehingga bisa dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur yang lain.

Namun, di sisi lain, kebijakan ini dikhawatirkan akan mengurangi kualitas pendidikan tinggi di Norwegia. Kalau kebijakan ini tetap dilaksanakan, Norwegia bakal kehilangan keragaman talenta, pengetahuan, potensi networking, dan kemitraan yang dibawa oleh mahasiswa internasional.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline