Lihat ke Halaman Asli

Billy Steven Kaitjily

Penulis dan Narablog

Langkah Bijak Mengatasi KDRT: Memahami, Memaafkan, dan Berubah Bersama

Diperbarui: 20 Desember 2023   01:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi stop kekerasan dalam rumah tangga. (sumber gambar: freepik.com)

Menikah itu memang mudah, tetapi berumah tangga itu yang susah. Apa maksud kalimat ini? Begini maksudnya. Yang terjadi pada hari pernikahan [saya dan istri] adalah peresmian hubungan kedua insan yang menikah.

Peresmian hubungan [saya dan istri ] berlangsung dalam satu hari. Namun, setelah itu, kami akan menjalani hubungan pernikahan dari hari ke hari.

Terhitung pada hari kami menikah sampai sekarang (saat artikel ini dibuat), kami sudah menjalani hubungan pernikahan selama 1,6 bulan. Tentu, perjalanan pernikahan kami belum terlalu lama, apabila dibanding dengan perjalanan pernikahan teman-teman Kompasianer lain yang sudah banyak "makan asam garam."

Entah mereka yang baru menikah dan yang sudah menikah berpuluh-puluh tahun, suatu hari nanti bakal berselisih. Hal ini tidak bisa dipungkiri.

Penyebab Suami-Istri Berselisih Hingga Berujung pada KDRT

Penyebab suami-istri berselisih hingga berujung pada tindakan kekerasan tentunya beragam. Untuk menjelaskan hal ini, saya akan memberikan beberapa contoh konkrit.

Saya dan istri dibesarkan dalam lingkungan yang berbeda dengan cara yang berbeda, kebiasaan yang berbeda, dan budaya yang berbeda. Apa yang lumrah bagi saya, belum tentu lumrah bagi istri saya, dan sebaliknya.

Kebiasaan yang baik bagi saya, belum tentu merupakan kebiasaan yang baik bagi istri saya, dan sebaliknya. Saya dan sitri adalah dua individu yang berbeda.

Dapatkah saya dan istri saya menyatu? Tentu saja jawabannya dapat. Bila demikian, kenapa saya dan istri sering kali berselisih? Kenapa tetangga kami (suami-istri) sering berselisih?

Menurut Andar Ismail, perselisihan atau pertengkaran dalam rumah tangga bukan disebabkan oleh perbedaan-perbedaan, tapi oleh kekurangmampuan dalam mengolah masalah-masalah yang timbul akibat adanya perbedaan.

Menurut Ismail, bentuk kekurangmampuan yang mencolok adalah egosentrisme (beda dengan egoisme). Apa itu "egosentrisme"? Ismail kembali menjelaskan bahwa, egosentrisme adalah pola pandang yang hanya mampu memandang dari satu sudut saja, yaitu sudut pandang dirinya sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline