Lihat ke Halaman Asli

Billy Steven Kaitjily

Penulis dan Narablog

Gereja Tua Banda Naira Dibangun di atas 30 Makam Prajurit Belanda

Diperbarui: 11 Desember 2023   03:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Potret bagian dalam ruang Gereja Tua Banda Naira. (sumber gambar: kompasiana.com/Farianty Gunawan)

Dalam tulisan sebelumnya, saya telah mengeksplorasi Pulau Saparua dengan menyoroti Benteng Duurstede sebagai salah satu peninggalan sejarah kolonial Belanda di Maluku Tengah. Sekarang, saya ingin mengajak kalian mengintip salah satu bangunan tua yang dibangun oleh misionaris Belanda di Pulau Naira, Maluku Tengah. Semoga bermanfaat!

Pulau Naira merupakan salah satu pulau yang berada di gugusan kepulauan Banda, Provinsi Maluku. Secara geografis, luas pulau ini tidak terlalu besar, hanya sekitar 3 km. Secara administratif, Naira merupakan pusat kecamatan Banda, di bawah pemerintahan Kabupaten Maluku Tengah.

Pada masa penjajahan Belanda, Naira menjadi pusat monopoli perdagangan dan pelabuhan rempah-rempah dunia. Bagaimana tidak, di pulau ini, menyimpan kekayaan hasil bumi berupa pala dan lada. Karena itulah, oleh UNESCO, Kepulauan Banda tercatat sebagai salah satu Situs Warisan Dunia, yang menyimpan jejak kolonial dan pengaruhnya pada sejarah dunia. Wah, sebagai orang asli Maluku, saya ikut bangga.

Ada banyak bangunan tua bekas peninggalan Belanda yang bisa kalian temukan di Kota Naira ini, salah satunya adalah Gereja Tua Banda Naira. Gereja Tua Banda Naira adalah salah satu gereja tertua di Kepulauan Banda. Gedung gereja ini, dibangun pada 20 April 1873 dan diresmikan pada 23 Mei 1875 oleh 2 orang misionaris Belanda, Maurits Lantzius dan John Hoeke.

Gereja Tua Banda Naira dibangun dengan gaya arsitektur bergaya Eropa. Menariknya, gereja ini, dibangun di atas 30 makam prajurit Belanda. Pada lantai gereja terdapat 30 batu nisan prajurit Belanda. 30 batu nisan dengan ukiran dan tulisan Belanda merupakan batu nisan prajurit berpangkat tinggi Belanda yang kalah dalam perang penaklukkan Pulau Banda.

Konon, orang Balanda zaman dulu, memiliki kebiasaan unik, yaitu mengubur orang-orang penting di dalam gereja. Karena prajurit-prajurit yang tewas itu memiliki jabatan penting, maka dibangunlah gereja di atas makam mereka. Wah, gimana ya, rasanya beribadah di atas makam/kubur prajurit Belanda?

Seperti gereja tua pada umumnya di Maluku, Gereja Tua di Banda Naira ini, memiliki kursi kayu panjang berwarna kecoklatan yang berderat di sisi kiri dan kanan ruang gereja. Sedangkan, batu-batu nisan bekas prajurit Belanda tersusun rapi menyerupai salib, memenuhi hampir seluruh lantai gereja. Dan, di bagian depan terdapat sebuah mimbar besar agak tinggi - tempat pendeta berdiri menyampaikan khotbah/ceramah kepada umat.

Bangunan gereja ini, masih terawat dan aktif digunakan sebagai tempat beribadah umat Kristen Protestan di Banda Naira hingga saat ini. Bangunan gereja tua ini, sering dikunjungi oleh para wisatawan. Bagi saya, Gereja Tua Banda Naira, tidak hanya sebagai tempat berkumpul umat kristiani, tapi juga sebagai tempat berkumpul semua orang dari berbagai latar belakang agama di Indonesia, untuk belajar sejarah perjuangan rakyat Maluku di Banda Naira.

Bagaimana, kalian tertarik untuk mengunjungi Gereja Tua di Banda Naira ini? Saya dan istri sendiri sudah merencanakan untuk berkunjung ke Banda Naira tahun depan. Selain karena tertarik dengan situs sejarahnya, kami juga tertarik dengan keindahan laut Banda Naira.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline