Lihat ke Halaman Asli

Billy Steven Kaitjily

Penulis dan Narablog

Pinisi dalam Google Doodle: Sebuah Penghormatan Visual terhadap Kekayaan Maritim Indonesia

Diperbarui: 8 Desember 2023   00:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi kapal pinisi dalam Google Doodle hari ini. (sumber gambar: Dok. Google)

Kompasianers, kalian sudah pada tahu belum, kalau hari ini, 7 Desember 2023, Google Doodle merayakan pinisi - kapal tradisional Indonesia kepada dunia. Ini terlihat jelas pada logo Google Doodle (lihat gambar ilustrasi di atas). Jika kalian ingin memastikannya, kalian bisa cek sendiri.

Sebenarnya, seperti apa sih kapal pinisi itu? Bagaimana asal-usulnya? Apa perannya dalam sejarah maritim Indonesia? Lalu, kenapa Google Doodle memilih pinisi? Apa harapan masyarakat Indonesia setelah melihat pinisi dalam Google Doodle hari ini? Yuk, mari kita cari tahu jawabannya.

Asal-usul Kapal Pinisi dan Filosofinya

Dikutip dari laman kompas.com, kapal pinisi berasal dari Sulawesi Selatan (Sulsel). Sebagian besar kapal pinisi diciptakan oleh suku Bugis di Tana Beru, Bulukumba, yang memang dikenal sebagai kampung para pengrajin perahu.

Pembuatan kapal pinisi mengandung nilai-nilai mulia dalam kehidupan sehari-hari, seperti kerja tim, kerja keras, ketelitian, presisi, keindahan, dan penghormatan kepada alam lingkungan. 

Kapal pinisi terbuat dari kayu yang kuat dan tahan terhadap perubahan suhu dan kelembapan, mempunyai dua tiang layar utama, dengan tujuh buah layar. Tiga layar di bagian depan, dua layar di bagian tengah, dan dua layar lagi di bagian belakang kapal.

Kapal tradisional ini, oleh UNESCO, ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda pada 7 Desember 2017. Wah, Indonesia, khususnya suku Bugis, patut berbangga nih, karena warisan budaya mereka dikenal oleh dunia.

Peran Kapal Pinisi dalam Sejarah Maritim Indonesia

Konon, kapal pinisi telah digunakan oleh masyarakat sejak abad ke-14. Kapal ini digunakan sebagai alat transportasi perdagangan antar pulau dan alat menangkap ikan. Bahkan, berlayar ke berbagai belahan dunia.

Waktu saya kecil (mungkin SD), saya sering melihat kapal pinisi ini berlabuh di dermaga Saparua, Maluku Tengah. Orang Bugis mendatangkan dagangan mereka untuk dijual di Saparua.

Namun, sejak konflik di Ambon (1999-2002), saya sudah tidak melihat kapal pinisi ini lagi di dermaga Saparua. Saya baru melihatnya kembali setelah melakukan perjalanan dengan kapal Pelni ke Jakarta. Kapal-kapal pinisi banyak saya jumpai di perairan Sulawesi, khususnya Makasar dan Bau Bau.

Pada zaman modern ini, kapal pinisi telah berubah wajahnya menjadi kapal mewah yang dibiayai oleh investor lokal maupun asing. Meski demikian, kapal ini tetap menjadi kapal andalan masyarakat Indonesia, khusunya suku Bugis Sulawesi Selatan.

Alasan Pemilihan Kapal Pinisi sebagai Tema Google Doodle Hari Ini

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline