Sebenarnya, sejak kecil saya tidak suka menulis, apalagi membaca. Saya lebih suka bermain atau melaut bersama ayah. Itu sebabnya, nilai mata pelajaran saya mulai dari SD-SMA ancurr banget.
Minat baca baru muncul ketika saya kuliah S-1 di Malang. Saya beruntung punya teman baik bernama Boyro. Melalui dialah saya suka membaca hingga hari ini.
Waktu kuliah S-1, saya melahap hampir sebagian besar tulisan John Piper, seorang penulis, teolog dan pendeta senior di Bethlehem Baptist Church di Minneapolis, Minnesota. Saat ini, saya punya koleksi bukunya sekitar 12 buku.
Setelah lulus kuliah tahun 2014, saya mulai mengoleksi buku. Sampai hari ini saya memiliki sekitar 500 judul buku di perpustakaan pribadi saya.
Minat menulis sendiri baru muncul ketika saya kuliah S-2. Di sela-sela kuliah, saya menyempatkan waktu menulis e-Book dan buku. Dan, hingga lulus kuliah S-2, saya sudah menulis 6 judul buku, belum termasuk buku bunga rampai.
Di samping menulis buku saya juga menulis di blog pribadi, yang saya rintis awal tahun 2021. Blog dengan platform Wordpress itu telah terisi dengan tulisan sekitar 200 tulisan.
Lantas, bagaimana kisah perjumpaan dengan Kompasiana? Baca terus ya, siapa tahu menginspirasi kalian.
Perjumpaan dengan Kompasiana Terjadi Tanpa Sengaja
Perjumpaan saya dengan platform blog Kompasiana, sebenarnya, terjadi secara tak sengaja. Atau, boleh dibilang secara kebetulan saja.
Tanggal 26 September 2023, saya sengaja browsing di internet, hendak mencari platform blog gratisan yang bisa diisi dengan tulisan. Ketemulah saya dengan Kompasiana. Saya langsung mendaftar sebagai member di Kompasiana dan membaca panduan menulis.
Sepertinya, bakal asyik menulis di Kompasiana, pikir saya waktu itu. Mulailah saya menulis artikel pertama saya di Kompasiana. Artikel pertama saya diberi judul "Arti Hidup Berkelimpahan: Sebuah Refleksi."