Saya masih ingat waktu masih TK dulu. Ibu saya sering menyiapkan bekal untuk saya bawa ke sekolah.
Momen yang ditunggu-ditunggu oleh anak-anak TK adalah saat disuruh buka bekal untuk disantap. Saya, mungkin, salah satu di antara anak-anak itu yang paling bersemangat buka bekal.
Tidak heran kalau bekal buatan ibu selalu habis. Entahlah, karena saya suka makanan buatan ibu atau memang karena lapar. He-he.
Puluhan tahun berlalu, momen itu kembali saya rasakan lagi. Kali ini, bukan ibu yang membuat bekal, tapi istri saya.
Sejak kami menikah tahun 2022 lalu, hingga sekarang ini, saya selalu bawa bekal ke kantor. Malu? Tidak! Malah saya senang.
Bekal tidak hanya untuk anak-anak, tetapi juga untuk para ayah atau suami. Para suami yang membawa bekal dari rumah bukan lagi menjadi sesuatu yang asing saat ini.
Tengok saja beberapa unggahan media sosial yang memperlihatkan para istri yang pamer kebolehan mengisi kotak makanan suaminya.
Di kantor, bukan hanya saya yang bawa bekal, tetapi pimpinan saya, Opa Thomas Herry, juga ikut bawa bekal dari rumah. Malah, setiap hari Rabu, saya dimasakin istrinya, Oma Roet Widjaja, makanan yang lezat dan bergizi.
Masakan rumah memang lebih enak, bergizi, dan bikin kenyang. Apalagi, kalau dimasak dengan penuh cinta, pasti lebih nikmat lagi.
Manfaat lain dari membawa bekal yang saya rasakan adalah lebih hemat pengeluaran. Makanan yang dibeli di luar tentu lebih mahal, ketimbang dimasak sendiri. Perbedaan harganya bisa dua-tiga kali lipat. Yuk, masak sendiri.