Lihat ke Halaman Asli

Billy Steven Kaitjily

TERVERIFIKASI

Nomine Best in Opinion Kompasiana Awards 2024

Memahami Panggilan Penggembalaan

Diperbarui: 3 Oktober 2023   22:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Di tulisan kali ini, saya akan menjelaskan mengenai arti menjadi gembala sidang, cara memahami panggilan, dan urutan prioritas panggilan. Diharapkan agar tulisan ini dapat memberikan pemahaman yang utuh tentang panggilan penggembalaan, sekaligus juga mengoreksi dan atau meneguhkan panggilan kita sebagai seorang gembala sidang di abad 21 ini.

Arti Penggilan

Hemat saya, setiap orang yang Tuhan izinkan terlahir ke dalam dunia ini, pastilah keberadaannya disertai oleh sebuah tujuan. Dalam keadaan apapun ia dilahirkan, jika ia masih diberikan napas kehidupan, maka Tuhan pasti punya rencana atas hidupnya. Raja Daud menulis: "mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum satupun daripadanya." (Mzm. 139:16). Ayat ini menegaskan bahwa sesungguhnya Tuhan telah memiliki desain atas hidup seseorang sebelum Ia menjadikannya. Desain hidup setiap orang, Tuhan buat dengan begitu spesifik dan unik, sehingga tidak ada satu pun yang sama persis antara satu dengan yang lainnya, sekalipun terlahir sebagai anak kembar.

Salah satu faktor mendasar yang menyebabkan seseorang tidak dapat melihat maksud atau rencana Tuhan bagi hidupnya adalah ketidaksadaran bahwa kehidupan yang ia jalani saat ini, sesungguhnya berharga. Berharga karena Tuhan menciptakan kita begitu dahsyat dan ajaib (Mzm. 139:13-14). Oleh sebab itu, sangat penting untuk kita mengetahui apa yang menjadi tujuan Tuhan atau lebih tepatnya panggilan Tuhan bagi hidup kita. Istilah 'panggilan' (calling) di sini berasal dari kata Latin, 'vocation' dan kata Yunani, 'kaleo,' atau 'klesis,' yang artinya memanggil, menghimbau, dan mendesak. Panggilan Tuhan bagi orang-orang percaya sangat banyak, tetapi karena keterbatasan ruang dan waktu dalam tulisan ini, maka hanya beberapa poin saja yang dikemukakan di sini.

Pertama, kita dipanggil untuk mengenal dan memuliakan Tuhan lewat perkataan dan perbuatan (Ef. 3:10; 1 Ptr. 2:9, 10; 5:10). Kita dipanggil untuk mengasihi Dia dengan segenap hati, jiwa, pikiran, dan kekuatan. Kasih kepada Tuhan ini menjadi modal dasar untuk mengenal dan menerima diri sendiri dan sesama (Mat. 22:37-39; Mrk. 12:29-31). Kedua, kita dipanggil ke dalam pertobatan dan keselamatan dalam Yesus Kristus. Kita dipanggil untuk hidup selaras dengan pertobatan kita. Paulus menasihati jemaat Efesus agar mereka menyadari bahwa mereka masing-masing mendapat panggilan dari Tuhan (baca: keselamatan) dan diwajibkan berjalan berpadanan dengan panggilan tersebut: "Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu." (Ef. 4:1). Ketiga, kita dipanggil ke dalam pekerjaan khusus, yaitu pelayanan Kristen. Ada banyak ragam pelayanan Kristen saat ini, seperti memberitakan injil (penginjil), mengajar (guru atau dosen), menggembalakan jemaat (gembala), pelayanan dalam dunia literasi kepenulisan (menjadi penulis Kristen), dan lain-lain. Semuanya ini berasal daripada Tuhan (1 Kor. 12:4, 5, 11). Semua pekerjaan pelayanan ini hanya untuk kepentingan Kerajaan Allah semata bukan untuk kepentingan pribadi atau kelompok.

Maka, kita jangan takut untuk mengerjakan pelayanan bagi Tuhan. Mengapa? Sebab, ketika Tuhan memanggil kita untuk sebuah pelayanan, maka Dia akan memperlengkapi kita dengan talenta atau potensi. Contoh yang paling jelas tentang hal ini terdapat dalam Matius 25:14-15. Di situ digambarkan tentang orang-orang yang diberi talenta oleh Tuhan. Ada yang diberi lima talenta, dua talenta, dan ada yang diberi satu talenta. Artinya, tidak ada seorang pun yang tidak punya talenta. Semua orang yang dikasihi Tuhan, diberi-Nya talenta dan kemampuan untuk mengerjakan panggilan hidupnya. Memang, untuk menemukan talenta atau potensi diri adalah perkara yang tak selalu mudah. Butuh waktu yang lumayan lama. Saya baru menyadari kalau saya memiliki potensi menulis pada akhir tahun 2020, yaitu ketika buku pertama kami terbit dengan judul Allah & Penderitaan Orang Percaya. Buku ini merupakan hasil kolaborasi dengan tiga teman baik saya, yaitu Evan Daniel Sinaga, Yosderman Gea, dan Yensly Kesaulia. Karya kami itu segera mendapat pujian dari banyak orang. Setelah buku itu terbit, menyusul pula buku-buku saya yang lainnya. Bersabar dan terus mencoba menggali talenta atau potensi diri yang Tuhan beri adalah kata kunci terpenting. Selain itu, dibutuhkan kepekaan yang sangat tinggi, terutama dalam menjalani setiap momen kehidupan kita, supaya sedini mungkin kita bisa mengetahui potensi diri yang Tuhan beri untuk kita.

Harus diingat bahwa dalam mengerjakan pelayanan bagi Tuhan, entah itu sebagai gembala sidang, penginjil atau guru, tidak sedikit tantangan yang akan dihadapi, yang dapat membuat kita kecewa, putus asa, patah semangat, dan akhirnya mundur dari pelayanan. Namun, jika kita ingat siapa yang memanggil dan mengutus kita, maka kita akan tabah menghadapi apa pun. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa panggilan dari Tuhan adalah senjata yang ampuh untuk menghadapi tantangan dan masalah dalam pelayanan penggembalaan pada konteks masa kini.

Cara Memahami Panggilan

Sampai di sini, barangkali muncul sebuah pertanyaan menggelitik, bagaimana seseorang mengetahui bahwa ia benar-benar dipanggil oleh Tuhan, khususnya dipanggil untuk mengerjakan pelayanan penggembalaan? Ada tiga prinsip alkitabiah yang ingin saya bagikan di sini untuk Anda. Selain itu, saya akan memberikan pandangan dari Thomas C. Oden.

Prinsip pertama, panggilan Tuhan berawal dari suara Roh Kudus di dalam hati. Paulus di dalam Filipi 2:13 mengatakan: "Karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya." Roh Kudus menaruh beban atau visi di dalam hati dan kita meresponinya. Ketika Nehemia dalam puncak kesuksesannya Allah menaruh visi di dalam hatinya. Nehemia bisa saja menolaknya dengan 1001 alasan, tetapi ia tidak memadamkan gerakan Roh di dalam hatinya. Ia justru mengizinkan Allah bekerja di dalam hatinya melalui doa, puasa, dan pergumulan.

Prinsip kedua, jika Anda benar-benar dipanggil, minimal ada perasaan damai sejahtera di dalam hati Anda. Paulus di dalam Surat Kolose 3:15 berkata: "Hendaklah damai Sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu dipanggil menjadi satu tubuh." Sebaliknya, kalau Anda tidak benar-benar dipanggil, maka tidak akan ada perasaan damai sejahtera di dalam hati Anda.

Prinsip ketiga, jika Anda benar-benar dipanggil, tetapi tidak mau taat, maka Anda akan dihajar oleh Tuhan. Penulis Ibrani mengatakan: "karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak" (12:6; bdk. Ayb. 5:17). Ketika Tuhan menyuruh (memanggil) nabi Yunus ke Neniwe untuk melaksanakan misi-Nya (memberitakan injil kepada orang-orang Niniwe), Yunus ngeyel (keras kepala/tidak mau taat). Ia malah pergi ke Tarsis, jauh dari hadapan Tuhan (Yun. 1:3). Maka, Tuhan marah dan menurunkan badai besar, sehingga kapal yang ditumpangi Yunus hampir tenggelam. Kemudian, atas persetujuan Yunus, ABK kapal melemparkan Yunus ke dalam laut dan laut pun menjadi teduh. Jadi, kalau Tuhan menaruh beban di dalam hati Anda, jangan coba lari atau acuh tak acuh, sebab Tuhan akan memukul Anda dengan keras.

Thomas C. Oden dalam bukunya yan berjudul Pastoral Theology memberikan pandangan tentang cara mengetahui panggilan menjadi gembala sidang. Adapun cara tersebut ada 2 (dua), yaitu: pertama, inward call. Ini adalah sikap merespons terhadap panggilan Tuhan didasarkan dari kualitas panggilan tersebut. Jika panggilan itu dialami beberapa kali saja, sebaiknya diuji dulu, jangan sampai terburu-buru. Kedua, outward call. Ini adalah panggilan yang sangat pribadi karena berkaitan erat dengan suasana hati dan batinnya. Meskipun demikian, bukan berarti salah, karena Tuhan bisa saja berbicara kepada seseorang dalam batinnya yang paling dalam. Tambahan, panggilan outward call ini merupakan peneguhan yang didapat dari komunitas orang percaya. Panggilan ini dapat diuji melalui 3 (tiga) cara, yaitu: pertama, apakah dirinya memiliki bakat untuk melayani. Kedua, seberapa dirinya mempunyai kepekaan teradap kebutuhan orang lain. Ketiga, sejauh mana kompetensi diri dalam berelasi dan berinteraksi dengan orang lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline