Hari ini, saya terdorong untuk membahas tentang "Spiritualitas Keseharian." Apakah Anda pernah mendengar istilah ini sebelumnya?
Mungkin, sebagian besar dari Anda yang membaca tulisan ini baru mendengar istilah ini. Jika asumsi saya ini keliru, saya minta maaf. Tetapi, apabila asumsi saya benar, izinkan saya untuk menjelaskan tentang arti dari istilah "spiritulitas keseharian" ini kepada Anda.
Begini. Banyak orang Kristen menganggap bahwa, Tuhan hanya bisa ditemukan di dalam ruang ibadah/gereja.
Anggapan ini di-latar-belakangi oleh pemahaman bahwa, gedung gereja merupakan simbol kehadiran Tuhan.
Tentu saja, anggapan itu benar. Akan tetapi, Tuhan juga dapat ditemui di dalam peristiwa sehari-hari yang tampak biasa-biasa, bukan di dalam hari-hari istimewa saja.
Saya lantas teringat akan ucapan dari pendeta Joas Adiprasetya, seorang teolog yang saya kagumi, beliau mengatakan bahwa,
Keseharian adalah situs anugerah dan kasih. Ia tidak perlu ditinggalkan demi menemukan anugerah Allah melalui peristiwa-peristiwa monumental dan spektakuler. Ia adalah 'ruang' ibadah sesungguhnya.
Dengan perkataan lain, ruang perjumpaan kita bersama Tuhan, sesungguhnya, adalah keseharian itu sendiri.
Ketika kita bekerja, atau ketika kita berpergian dan bertemu serta berinteraksi dengan orang-orang, baik yang kita kenal maupun yang tidak kita kenal, ada kemungkinan kita menemukan anugerah Tuhan. Ada kemungkinan kita menemukan kasih dan kebaikan Tuhan di sana.
Saya beberapa kali menemukan anugerah Tuhan dalam diri orang-orang yang saya temui. Mereka menawarkan bantuan kepada saya dengan iklas seperti menawarkan tiket seminar gratis, biaya masuk ke pelabuhan gratis, mengembalikan dompet saya yang ketinggalan, mengembalikan barang seharga 20 juta, dan lain sebagainya.