Lihat ke Halaman Asli

Billy Maleng

Biar mereka mengutuk, Engkau akan memberkati; biarlah lawan-lawanku mendapat malu, tetapi hamba-Mu ini kiranya bersukacita.

Rotan Abadi

Diperbarui: 4 Maret 2024   16:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber foto http://trycel.blogspot.com/

Ada seorang pria yang hidup di sebuah desa terpencil. Sebut saja namanya jono. Ia mempunyai istri yang sangat cantik dan anak-anak yang lucu. Pekerjaan jono setiap hari mencari bambu rotan dihutan lalu menjualnya dikota. Butuh waktu tiga hari untuk berjalan sampai kekota.

Pada suatu hari sehabis menjual separuh bambu rotan jono berjalan di pinggiran kota ia terkejut melihat sebuah acara besar penuh dengan hiasan, makanan dan minuman. Banyak pemuda dan pemudi yang sedang makan dan menikmati minuman sambil berjoget. Tanpa pikir panjang jono pun bergabung diacara itu, ia lupa akan keluarganya yang sedang menunggunya dirumah. Hari sudah sore jono asik berjoget ia mabuk berat hari itu. Malampun berlalu keesokan paginya jono kaget, ia baru sadar bahwa anak dan istrinya sedang menuggunya dirumah,  uang hasil menjual bambu rotannya hilang entah kemana... Jono teringat akan istri dan anak-anaknya, dia merindukan istrinya, dia merindukan anak-anaknya. Ia mulai menangis ia sangat menyesal kasihan istri dan anak-anakku sudah tiga hari ini mereka belum makan.

Sesampainya dirumah jono berteriak " istri dan anakku maafkan aku, aku sudah menyusahkan kalian semua, terus terang, aku masih mencintai dan menyayangi kalian semua aku masih punya satu harapan yaitu berkumpul kembali bersama kalian seperti dulu lagi aku ingin jadi ayah yang baik dan suami yang baik, tapi mungkin penyesalanku ini sudah terlambat. Yang paling aku takutkan adalah kalau kalian sudah tidak mau menerima aku lagi. hatinya penuh rasa takut, ia takut ditolak dan diusir oleh anak dan istrinya. Namun semuanya sudah terlambat hanya sebuah surat yang ditemukan jono di gubuk tua pesannya singkat " Ayah tunggulah dirumah kami kekota untuk membantu ayah menjual separuh bambu rotan yang tidak bisa ayah pikul sendiri ini "

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline