Lihat ke Halaman Asli

Billy Fernando

Accountant

Investasi Emas, Mengapa Logam Mulia Ini Tetap Unggul dari Masa ke Masa

Diperbarui: 31 Juli 2024   18:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://money.kompas.com

Pendahuluan

Emas, logam mulia yang telah memikat hati manusia sejak zaman dahulu, telah menjadi salah satu bentuk investasi yang paling dihormati dan dipercaya. Kali ini, kita akan mengeksplorasi alasan mengapa investasi emas tetap relevan hingga kini, serta memberikan pemahaman yang lebih dalam mengenai keuntungan dan potensi investasi emas. Walau anak-anak Generasi Milenial dan Generasi Z cenderung memilih investasi modern seperti saham, cryptocurrency atau reksadana, investasi emas tetap menawarkan keunggulan yang tak lekang oleh waktu.

Sejarah Emas sebagai Alat Transaksi

Sejarah emas sebagai alat transaksi dimulai sejak zaman kerajaan Lydia di sekitar abad ke-6 SM. Kerajaan Lydia, yang terletak di wilayah Turki modern, adalah yang pertama kali mencetak koin emas sebagai mata uang. Emas saat itu menjadi simbol kekayaan dan kekuasaan, serta digunakan dalam berbagai transaksi perdagangan antar kerajaan.

Seiring waktu, penggunaan emas sebagai alat transaksi mengalami evolusi. Pada abad ke-7 hingga ke-13, Dinasti Abbasiyah di Timur Tengah mengembangkan dinar emas sebagai mata uang standar, yang kemudian diadopsi oleh banyak negara Muslim. Di Eropa, berbagai kerajaan dan kekaisaran juga menggunakan koin emas sebagai mata uang utama.

Namun, membawa emas dalam bentuk batangan atau koin untuk transaksi sehari-hari sangat merepotkan dan berisiko tinggi. Pada abad ke-17, sistem perbankan mulai berkembang, dan muncul inovasi dalam bentuk uang kertas atau banknotes. Uang kertas ini dikeluarkan oleh bank dengan jaminan bahwa kapanpun seseorang mau menukarkannya dengan emas, bank akan menghormati nilai yang tertera pada uang kertas tersebut. Hal ini memungkinkan orang untuk melakukan transaksi dengan lebih mudah dan aman tanpa perlu membawa emas secara fisik.

Selama berabad-abad, sistem ini berfungsi dengan baik. Uang kertas dianggap sama berharganya dengan emas, karena bisa ditukar dengan emas kapan saja. Namun, situasi berubah drastis pada awal abad ke-20. Perang Dunia I dan II mengakibatkan banyak negara mengalami kesulitan ekonomi yang parah, sehingga mereka mencetak lebih banyak uang kertas tanpa dukungan cadangan emas yang memadai.

Krisis ini memuncak pada tahun 1971 ketika Presiden Amerika Serikat Richard Nixon mengumumkan penghentian konvertibilitas dolar AS ke emas, sebuah kebijakan yang dikenal sebagai "Nixon Shock." Langkah ini mengakhiri era standar emas dan mengawali era standar fiat. Sejak saat itu, nilai mata uang tidak lagi didukung oleh cadangan emas, tetapi oleh kepercayaan pada pemerintah yang menerbitkannya.

Peralihan ini membawa dampak besar pada ekonomi global. Nilai mata uang fiat cenderung melemah dibandingkan emas dari waktu ke waktu karena inflasi dan kebijakan moneter yang sering kali meningkatkan jumlah uang beredar. Sebagai contoh, harga emas pada tahun 1971 sekitar $35 per troy ons, sementara pada Juli tahun 2024 ini, harga emas telah mencapai lebih dari $2,300 per troy ons. Ini menunjukkan betapa pentingnya emas sebagai aset yang dapat mempertahankan nilai kekayaan dalam jangka panjang.

Tren Investasi Generasi Milenial dan Generasi Z

Saat ini, generasi milenial dan generasi Z cenderung lebih menyukai investasi modern seperti saham, reksadana, dan cryptocurrency. Mereka menganggap investasi ini lebih dinamis dan menawarkan potensi keuntungan yang lebih tinggi dalam jangka pendek. Namun, penting untuk diingat bahwa diversifikasi adalah kunci dalam investasi. Mengabaikan emas sebagai bagian dari portofolio investasi bisa menjadi sebuah kesalahan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline