Lihat ke Halaman Asli

Apakah Simpanse Cocok Digunakan untuk Uji Coba Obat?

Diperbarui: 24 Agustus 2019   20:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan virus yang merusak sistem kekebalan tubuh manusia dan menginfeksi serta menghancurkan sel CD4. Semakin banyak sel CD4 maka akan semakin lemah kekebalan tubuhnya. Sehingga sering diserang oleh penyakit. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah infeksi HIV yang berkembang menjadi serius jika tidak segera ditangani. 

Stadium akhir dari infeksi virus HIV adalah AIDS. Untuk melawan infeksi HIV AIDS ini tubuh sudah tidak bisa melawan sepenunya. Gejala HIV mempunyai beberapa tahap, tahap pertama adalah tahap infeksi akut,tahap infeksi laten dan AIDS. Gejala pada tahap infeksi akut biasanya mucul 1 sampai 2 bulan setelah infeksi terjadi. Banyak orang tidak menyadari karena gejalanya mirip dengan gejala penyakit flu. 

Gejala tahap infeksi akut meliputi : Demam, muntah, nyeri pada sendi dan otot, sakit kepala, sakit perut, sakit tenggrokan dan sariawan. Gejala pada tahap laten adalah infeksi HIV yang berlangsung beberapa tahun. Tahap inilah yang membuat kekebalan tubuh menjadi rusak. Gejala ini meliputi : Berat badan turun, demam, diare, mual dan muntah, sakit kepala, tubuh terasa lemah. Jika infeksi pada tahap laten sudah terlabat ditangani akan berkembang kondisi ini memasuki tahap ketiga yaitu AIDS. 

Gejala AIDS adalah sebagai berikut : Mudah marah dan Depresi, Sesak nafas, diare kronis, berkeringat di malam hari, berat badan turun tanpa sebab, gangguan saraf, mudah memar, berdarah tanpa sebab, demam yang berlangsung cukup lama, dan ruam. HIV AIDS tertular melalui darah, sperma dan cairan vagina. 

Cara penularanya melalui Hubungan seks dengan penderita HIV AIDS, menggunakan jarum bekas penderita HIV, transfusi darah dapat terjadi saat menerima donor darah dari penderita HIV AIDS. Sampai sekarang ini belum ada vaksin yang bisa menyembyhkan penyakit HIV AIDS ini. 

Namun infeksi HIV tersebut dapat dicegah melalui : tidak berganti ganti pasangan, menggunakan alat pengaman seperti kondom. Di Indonesia sendiri banyak orang yang terkena viru infeksi HIV ini. Dari data yang saya peroleh di Indonesia sendiri manusia yang sudah terkena infeksi HIV sebanyak 301.959 jiwa dan yang paling banyak terkena infeksi virus HIV ini adalah orang orang yang berumur 25 -- 49 tahun. 

Di DKI Jakarta sendiri orang yang terkena virus HIV ada sebanyak 55.099 jiwa, sedangkan di Jawa Timur sebanyak 43.399 jiwa, di Jawa barat yang terkena infeksi virus HIV adalah 31.293 jiwa, di Papua sebanyak 30.699 jiwa dan yang terakhir adalah Jawa Tengah, di Jawa Tengah orang yang terkena infeksi HIV sebanyak 24.757 jiwa. 

Dari tahun ke tahun kasus HIV terus meningkat setiap tahunnya. Data kemeterian kesehatan tahun 2017 mecatat dari 48.300 kasus HIV positif yang ditemukan tercatat sebanyak 9.280 kasus AIDS. Sementara itu pada tahun 2018 tercatat sebanyak 21.336 kasus HIV positif dan 6.162 terkena HIV AIDS.

Hewan yang saya pilih adalah simpanse karena simpanse mempunyai kesamaan DNA hampir 99%. Sebelum diujikan pada manusia obat baru selalu melewati uji preklinis yang melibatkan binatang -- binatang. Pengujian pada hewan atau animal testing adalah penelitian dengan menggunakan hewan sebagai objek penderita. Pengujian pada hewan terus dilakukan karena obat obatan dan kosmetik harus dipastikan keamanannya sebelum digunakan oleh manusia. Pengujian pada hewan adalah masalah multidimensi. 

Namun ada beberapa orang berpendapat bahwa uji coba binatang selalu memicu kontroversi dan diperkirakan makin banyak yang menentang dengan alasan tidak etis. Meski mungkin terdengar sadis dan tega karena menjadikan hewan sebagai bahan percobaan, peneliti senior dan biosafety officer di pusat studi satwa primate institute pertanian bogor. Dr. Diah iskandari berpendapat bahwa sampai saat ini uji coba medis terhadap hewan masih sangat perlu dan penting dilakukan. Uji coba obat baru harus tetap dilakukan pada hewan karena hewan memeliki tingkat kemiripan yang sama dengan manusia terutama hewan mamalia. 

Tetapi ada pihak masyarakat yang pro dan kontra dari maraknya praktek animal testing. Pihak yang pro berpendapat bahwa pengujian pada hewan sangat bermanfaat untuk mencegah manusia dari efek racun. Di berbagai negara negara di dunia animal testing menjadi meminimalkan untuk mengurangi efek merugikan pada manusia. Pihak yang kontra berpendapat bahwa masyarakat merasa prihatin karena hewan akan mengalami penderitaan dan rasa sakit. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline