Lihat ke Halaman Asli

Nasib Pengungsi Sinabung bagai Makan Buah Simalakama

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13903001642021331319

Seperti peribahasa bagai makan buah simalakama. Sepertinya keadaan itulah yang kini sedang dihadapi oleh pengungsi korban erupsi Gunung Sinabung. Hal tersebut merujuk kepada pernyataan Mantan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Surono yang merasa heran dengan banyaknya jumlah pengungsi, sementara  menurutnya letusan Sinabung digolongkan hanyalah sebagai letusan kecil. Foto: Gunung Sinabung Menyemburkan Awan Panas

Lebih lanjut Surono juga mengatakan bahwa sesuai dengan informasi yang diperolehnya, rekomendasi yang dikeluarkan PVMBG adalah agar masyarakat tidak beraktivitas dalam radius 3 kilometer dari puncak gunung tersebut. “Artinya, hanya satu desa yang memang terancam. Tapi kok ini bisa sampai radius beberapa kilometer ya," ungkap Surono seperti yang dikutip dari Sindonews.com

Melalui situs jejaring sosial Facebook miliknya, Surono juga mengungkapkan pernyataan yang cukup mengejutkan. Pria dengan sapaan akrab Mbah Rono tersebut menuding para pengungsi Gunung Sinabung berkumpul di tempat pengungsian hanya untuk rebutan nasi. "Oooo mung mergo panganan to. Waaah tiwas serius ngomongnya. Percuma juga ternyata klo ujung2nya mung rebut pangan. Ini namanya koordinasi; ngumpul rebutan nasi" tulisanya. Berbeda halnya dengan pernyataan Surono, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Utara yang beberapa waktu lalu menyatakan, masih banyak warga pengungsi Gunung sinabung yang 'membandel' dengan kembali ke rumahnya dari tempat pengungsian.

1390300301598142223

Foto: Gunung Sinabung Mengeluarkan Lava Pijar

"Yang jadi masalah sekarang, masyarakat masih saja ada yang ngotot kembali kerumahnya, tadi sempat dilarang, tapi akhirnya petugas mengalah," ujar Kasi Kesiapsiagaan BPBD Sumut Aris Fadillah, seperti yang dikutip situs aktual.co

Aksi ngotot warga itu, kata Aris akhirnya menyebabkan para petugas gabungan penanggulangan bencana yang terdiri dari TNI kesulitan melakukan evakuasi. "Nah, setelah mereka kembali ke rumah, meletuslah gunung, baru mereka minta-minta tolong, tapi itupun tetap mengalah dan mengirimkan tim evakuasi, tapi ini kami ingatkan yang terakhir," tandas Aris. Keluhan itu juga sempat dinyatakan oleh Letkol Inf Meyer Putong ketika masih menjabat sebagai Komandan Tanggap Darurat Erupsi Gunung Sinabung, Senin (30/12/2013) yang lalu. "Kemarin kami angkut (mengungsi) mereka menolak dan kami malah dimarah-marah. Sementara tadi waktu Sinabung meletus lagi, kami kembali kena marah sama masyarakat karena lama menjemput. Padahal kami sudah nasehati untuk tidak masuk wilayah radius lima kilometer," keluhnya. Terkait dengan berbagai pernyataan para pejabat tersebut, tampak bahwa nasib para pengungsi korban erupsi Gunung Sinabung bagai makan buah simalakama. Disatu sisi Surono merasa heran dengan banyaknya jumlah pengungsi, serta sekaligus menuding mereka berkumpul hanya untuk saling berbebut nasi. Namun disisi lain, warga masyarakat memang diwajibkan untuk mengungsi karena kondisi di desa-desa mereka memang tidak layak lagi untuk ditinggali akibat dampak erupsi Gunung Sinabung yang belum mereda semenjak 4 bulan terakhir.

Sumber foto: www.telegraph.co.uk

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline