Lihat ke Halaman Asli

Bedar, Kambing Hutan Langka dari Tanah Karo

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13900542591160012792

Foto: Bedar, Kambing Hutan Langka dari Tanah Karo (metrosiantar.com)

Kambing gunung sumatera (Capricornis sumatraensis) atau yang disebut dengan Bedar dalam bahasa Karo adalah jenis kambing hutan yang hanya terdapat di hutan tropis pulau Sumatera. Hewan ini termasuk kedalam daftar Appendices I atau hewan yang sangat langka dan keberadaanya tidak boleh diburu. Dalam perumpamaan masyarakat Karo, nama Bedar ini sering disebutkan; khususnya bagi seseorang yang dapat berlari kecang. "Anak enda perkiamna pas bagi Bedar" demikian ungkapan perumpamaan tersebut yang berarti seseorang yang diperumpamakan dapat berlari sangat kecang sepertihalnya seekor Bedar. Meski nama Bedar sering diperumpamakan oleh masyarakat Karo dalam percakapan sehari-hari, tapi pada kenyataanya keberadaan hewan ini sangat jarang ditemukan atau dalam kata lain memang tidak pernah ditemukan sama sekali dalam beberapa dekade terakhir. Berbeda halnya pada Jumat (17/01/2014) yang lalu, seekor Bedar secara nyata telah menampakkan sosoknya. Kambing hutan yang sangat langka ini telah turun dari Gunung Sinabung di Kabupaten Karo dan kemudian di temukan oleh seorang warga tepatnya di Desa Berastepu. Keberadaan seekor Bedar tersebut akhirnya berhasil ditangkap, dan seterusnya dibawa dengan mobil bak terbuka ke posko utama pengungsian Gunung Sinabung di Kecamatan Kabanjahe, Karo. Namun naas, hewan langka tersebut akhirnya mati setelah sempat dibawa ke Medan dan ditempatkan di Medan Zoo. "Sebelumnya, sejak dibawa dari Karo memang kondisinya sudah lemas. Tidak mau makan. Setelah sampai di Medan, sudah dikasih macam-macam, tetapi tak bisa juga bertahan. Akhirnya mati," kata Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumut, Ristanto sebagaimana dikutip dari situs Detik.com, Sabtu (18/1/2014). Setelah dipastikan kematiannya, petugas kemudian melakukan autopsi. Ternyata di paru-parunya ditemukan banyak abu vulkanik yang bersumber dari letusan Gunung Sinabung. Kondisi inilah yang paling utama menyebabkan kematiannya. "Kondisinya seperti terkena TBC begitu. Jadi memang sudah parah, karena terpapar abu vulkanik sudah cukup lama," kata Ristanto.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline