Dari sekian banyak tulisan di internet dan biasanya ditulis orang-orang Batak sendiri (Bukan orang Karo) yang katanya mengutip dari “Kamus Budaya Batak Toba” karangan M.A. Marbun dan I.M.T. Hutapea, terbitan Balai Pustaka, Jakarta, 1987 tentang silsilah marga-marga batak yang berasal dari Si Raja Batak banyak yang tidak masuk akal.
Tidak masuk akal disini karena dari tulisan tersebut bisa kita lihat beberapa marga-marga yang ada di Karo dimasukkan menjadi sub Marga atau bagian marga dari Batak itu sendiri tanpa menerangkan asal usul pasti dari marga yang bersangkutan.
Seperti marga sembiring milala yang dimasukkan didalam bagian Keturunan si raja huta lima misalnya. Disana marga sembiring milala disebut adalah kakak beradik dengan marga-marga batak lainnya, seperti pardosi, maha dan sambo.
Sementara bila kita menelisik hasil penelitian yang lebih jelas dengan judul “PERKAWINAN SEMARGA DALAM KLAN SEMBIRING PADA MASYARAKAT KARO DI KELURAHAN TIGA BINANGA, KECAMATAN TIGA BINANGA,KABUPATEN KARO” yang ditulis oleh Fauziyah Astuti Sembiring S.H. menulis secara lengkap mengenai marga sembiring ini.
Dari hasil karya ilmiah yang ditulis oleh Fauziyah Astuti Sembiring S.H. ini terlihat jelas mengenai asal usul marga sembiring, bahkan dari sekian banyak sub marga sembiring tersebut, dibagi pula menjadi dua kelompok besar, yaitu si man biang dan si la man biang.
Merga sembiring milala yang di klaim pada tulisan-tulisan kutipan dari Kamus Budaya Batak Toba” karangan M.A. Marbun dan I.M.T. Hutapea, terbitan Balai Pustaka, Jakarta, 1987 yang kini banyak beredar di internet menjadi tidak masuk akal, karena marga sembiring milala sendiri pada tulisan Fauziyah Astuti Sembiring S.H adalah marga orang karo yang asli berasa dari India dan bukan dari tanah batak.
Berikut adalah pembagian Marga Sembiring yang ada pada masyarakat karo dan secara umum terdiri dari dua kelompok, yaitu :
A. Si man Biang (yang memakan anjing) terdiri dari :
1. Sembiring Kembaren, (asal usul marga ini dari Kuala Ayer Batu, kemudian pindah ke Pagaruyung terus ke Bangko di Jambi dan selanjutnya ke Kutungkuhen di Alas. Nenek moyang mereka bernama Kenca Tampe Kuala berangkat bersama rakyatnya menaiki perahu dengan membawa pisau kerajaan bernama ‘pisau bala bari’. Keturunannya kemudian mendirikan Kampung Silalahi, Paropo, Tumba dan Martogan yang menyebar ke Liang Melas, seperti Kuta Mbelin, Sampe Raya, Pola Tebu, Ujong Deleng, Negeri Jahe, Gunong Meriah, Longlong, Tanjong Merahe, Rih Tengah, dan lain-lain. Marga ini juga tersebar luas di Kabupaten Langkat seperti Lau Damak, Batu Erjong-jong, Sapo Padang, Sijagat dan lain-lain).
2. Sembiring Keloko, (menurut cerita, Sembiring Keloko masih satu keturunan dengan Sembiring Kembaren. Marga Sembiring Keloko tinggal di Rumah Tualang sebuah desa yang sudah ditinggalkan antara Pola Tebu dengan Sampe Raya. Marga ini sekarang terbanyak tinggal di Pergendangen, beberapa keluarga di Buah Raya dan Limang).
3. Sembiring Sinulaki, (sejarah Marga Sembiring Sinulaki dikatakan juga sama dengan sejarah Sembiring Kembaren karena mereka masih dalam satu rumpun. Marga Sinulaki berasal dari Silalahi).