Lihat ke Halaman Asli

Inilah Cara Cepat Mengomposkan Sampah Makanan Hanya Bermodalkan Serbuk Gergaji

Diperbarui: 4 Oktober 2021   17:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi

Penulis: Asyelia Amanda Putri, Nabilla Hadistia, Tatag Yudha Pranahadi

Problematika sampah makanan di Indonesia perlu mendapat perhatian khusus. Hal tersebut didukung oleh data Economist Intelligent Unit pada tahun 2016 dimana setiap orang di Indonesia membuang makanan sekitar 300 kg setiap tahunnya.

Pada tahun 2019, Yeo dkk memberikan solusi untuk menguraikan sampah makanan menggunakan sistem S-FRB (Smart Food Waste Recycling Bin) dengan bantuan serbuk kayu dari pohon pinus. Hasil penelitian tersebut menunjukkan terjadinya pengurangan massa sebesar 80% (dari total 607 kg menjadi 182 kg). Akan tetapi, kayu yang digunakan oleh Yeo hanya berasal dari kelompok Gymnospermae (biji terbuka---seperti pohon pinus, dll), sedangkan di dunia biologi ada pula kelompok kayu Angiospermae (biji tertutup---seperti pohon suren, albasiah, mahoni, dll).

Hal tersebut menstimulus 4 mahasiswa Departemen Pendidikan Biologi FPMIPA UPI yang dibimbing oleh Prof. Topik Hidayat, S.Pd., M.Si., Ph.D. untuk melakukan penelitian lebih lanjut dalam menemukan biochip kayu yang efektif sebagai media tumbuh mikroorganisme pengurai guna menghasilkan biochip yang tepat untuk sistem S-FRB. 

Selain itu, kami pun meneliti bagaimana apabila ada atau tidaknya gulma mengingat gulma ini merupakan tumbuhan liar yang dapat mengganggu tanaman produksi lain sehingga perlu dimanfaatkan keberadaannya. 

Kehadiran gulma pun diduga bisa berfungsi sebagai sumber mineral dan secara kualitatif memiliki kandungan unsur hara yang tinggi yaitu masing- masing 2.56% N, 0.38% P, dan 2.41% K (Nugroho, 2019).

Metode penelitian ini dilakukan secara eksperimen dengan menyediakan 4 kelompok perlakuan pengomposan yaitu 2 kelompok menggunakan serbuk kayu Gymnospermae yang salah satunya ditambah dengan gulma, serta 2 kelompok menggunakan serbuk kayu Angiospermae yang salah satunya ditambah dengan gulma. 

Selanjutnya, proses penambahan sampah makanan pada metode pengomposan dilakukan secara bertahap sebanyak 1 kg per harinya, hal tersebut dilakukan karena mengadaptasi pada pola perilaku masyarakat khususnya di setiap rumah tangga. 

Pada umumnya setiap rumah tangga menghasilkan sampah makanan sekitar 1 kg setiap harinya. 

Oleh karena itu, metode yang dirancang dapat dijadikan sebagai solusi permasalahan sampah makanan di masyarakat. Parameter untuk mengetahui efektivitas bochip kayu adalah pH, salinitas, suhu, warna, dan aroma yang mengacu pada standardisasi hasil uji mutu kompos SNI 19-7030-2004, penelitian Laksono (2016), dan Mustika (2019).

Dokumen pribadi

Proses pengomposan yang dibutuhkan hanya 30 hari. Kompos yang dihasilkan memiliki pH basa, salinitas berkisar di 3.5-7.00 ppt, dan suhu berkisar sekitar 28C. Sedangkan berdasarkan uji organoleptik untuk aroma berkisar di 2.7-2.9, dan untuk skor penerimaan warna berkisar di 2.4-4.1.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline