Lihat ke Halaman Asli

Buta Huruf Bukan Sekedar Masalah Tidak Bisa Baca

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Angka buta huruf di Indonesia lebih kurang berjumlah 6 juta jiwa yaitu sekitar 8% dari total seluruh penduduk Indonesia. Banyaknya jumlah jiwa yang masih mengalami buta huruf merupakan salah satu indikator yang menunjukkan bahwa negara kita masih belum maju, karena buta huruf berkaitan dengan pendidikan, sedangkan pendidikan merupakan salah satu indikator kemjuan sebuah bangsa.

Permasalahan buta huruf bukanlah merupakan sebuah masalah satu sektor saja, tetapi lebih kepada permasalahan yang merupakan akibat dari beberapa sektor. Kemiskinan merupakan salah satu sektor permasalahan yang mengakibatkan seseorang buta huruf, kenapa demikian? Karena jika seseorang hidup miskin maka seseorang akan banyak menghabiskan waktunya untuk mencari penghasilan, selain itu juga jika seseorang itu miskin maka bagaimana mungkin dia akan dapat memenuhi kebutuhan pendidikannya, apalagi di tengah harga pendidikan yang kian melambung. Selain itu juga ada beberapa permasalahan lainnya, seperti sulitnya mencari air bersih, di mana untuk mencari air bersih yang harus menempuh jarak berkilo-kilo. Satu hal lagi yang saya tuliskan di sini adalah permasalahan mental, di mana mental masyarakat kita yang lambat laun terbentuk untuk berfikiran bahwa "buat apa sekolah, nanti kalau ujung-ujungnya jadi pengemis, dan bla bla ... ".

Kondisi permasalahan buta huruf ini merupakan masalah kita bersama. Ada beberapa pihak yang sudah mulai melakukan berbagai gerakan, sebagai contoh gerakan Indonesia Mengajar yang dipelopori oleh seorang Bapak Anis Baswedan yang merupakan seorang Top Young Leader versi majalah TIME. Dan ada gerakan-gerakan dari bawah yang mulai mempelopori pemberantasan buta huruf ini.

Di sinilah letak peran penting para intelektual yang sudah melek huruf, melek pengetahuan dan melek terhadap berbagai hal untuk dapat turun langsung. Peran lembaga pendidikan yang tertulis dalam tri dharma perguruan tinggi yang salah satunya adalah pengabdian masyarakat, masih terlihat tumpul dalam mengupayakan pengabdian terhadap masyarakat. Karena terkadang program-program yang digulirkan cenderung menghantam pada satu masalah, tetapi tidak mengatasi masalah lain yang berkenaan.Hal inilah yang membuat program pengentasan buta huruf atau buta aksara menjadi tidak efektif.

Melihat permasalahan di atas, kita biasanya akan mencari kambing hitam, siapa yang akan dipersalahkan atas permasalahan ini, apakah pemerintah atau siapa. Kalau kita sibuk mencari siapa yang salah maka tidak akan ada habisnya. Untuk itu diperlukan solusi-solusi kongkrit yang bisa diaplikasikan dan dilaksanakan, berikut solusi yang bisa dilakukan :


  1. berdiskusi dengan pihak institusi untuk mengadakan program KKN yang intinya adalah penerapan keilmuan di tengah-tengah masyarakat. Pengadvokasian KKN kepada insitusi merupakan langkah kongkrit untuk menyadarkan kembali kepada institusi bahwa mereka punya andil dalam mengabdi kepada masyarakat sebagaimana tertuang dalam tri dharma perguruan tinggi.
  2. ikut serta dan menjadi bagian dalam program-program yang berkenaan dengan pemberantasan buta aksara, sebagai contoh ikut menjadi mentor di PUDING - Pustaka DI Hari Minggu, atau menjadi pengajar di rumah pintar.
  3. Membiasakan berdiskusi dengan masyarakat sekitar sehingga menumbuhkan rasa kepedulian atau dalam bahasa yang lebih keren yaitu sense of caring. Dengan adanya rasa kepedulian maka kita akan dapat merasakan bagaimana yang terjadi di tengah-tengah masyarakat, dan akan membuat kita semakin jelas dalam menentukan permasalahan apa yang saat ini harus diselesaikan.



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline