Tahun 2020 menjadi sangat berbeda sejak dunia dikejutkan oleh masalah COVID-19, sejenak dunia berhenti seluruh aktivitas berubah, menyesuaikan dengan kondisi. Tidak terkecuali aktivitas pembelajaran disekolah, biasanya rutinitas anak-anak dari SD hingga Mahasiswa pagi-pagi bersiap pergi ke sekolah/Kampus, pagi 2020 menjadi bangun pagi, bersiap online di depan laptop/Hp masing-masing untuk mengikuti pembelajaran.
Mode penyesuaian yang baru ini menjadi tantangan bagi semua pihak, tidak hanya guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik. Namun, penyesuaian ini juga menjadikan orang tua sebagai pendukung proses pembelajaran dan menjadikan rumah sebagai tempat belajar.
Mengutip perkataan Ki Hajar Dewantara "Jadikan setiap tempat mejadi sekolah, jadikan setiap orang sebagai guru", pada masa sulit ini penyesuaian yang dilakukan dalam dunia pendidikan mejadikan rumah sebagai sekolah dan orang tua menjadi pendukung guru yang bertatap muka secara langsung. Bapak/Ibu guru kita sudah sangat hebat dengan segala daya upaya beradaptasi dengan kondisi dimana mereka harus menyiapkan dan menyampaikan materi secara jarak jauh tanpa menyurutkan semangat untuk mencerdaskan murid-muridnya.
Apabilah dilihat kembali proses yang telah berjalan hingga sekarang, ada sebuah kerja sama yang sangat indah terjadi antara guru, orang tua, dan siswa. Bagaimana bisa begitu?, fungsi sekolah selama pandemi ini mengalami penyesuaian dari rumah melalui fitur belajar daring, untuk memastikan siswa belajar sesuai jadwal orang tua dalam hal ini terlibat secara langsung mulai dari merekam kegiatan belajar praktek, mengecek jadwal, hingga membantu anak-anak mengirim tugas kepada guru.
Proses komunikasi yang mungkin jarang terjadi kini menjadi cukup sering meskipun hanya melalui media komunikasi. Pendidikan adalah tanggung jawab semua pihak, kolaborasi antara orang tua dan guru sangat penting dalam menjamin keterlaksanaan proses pendidikan itu sendiri, pada masa seperti sekarang dapat dilihat bersama bahwa penyesuaian sistem daring saja tidak cukup, guru juga memerlukan dukungan peran serta orang tua untuk kelancaran proses belajar peserta didik. Disisi lain, orang tua juga memilki kesempatan untuk melihat bagaimana proses belajar anak, apa yang mereka pelajari, apa kesulitan yang dihadapi anak selama proses belajarnya, dan sebagainya.
Terlepas dari segala kendala yang dihadapi oleh semua pihak selama pandemi ini, jika dilihat dari sisi positifnya kondisi ini menjadi sebuat refleksi dari quote Bapak Ki Hajar Dewantara tadi, kondisi saat ini dapat menjadi sebuah nilai pembelajaran bagi semua pihak terutama jika di masa depan konsep belajar jarak jauh ini menjadi sebuah tren.
Jika demikian, sebuah proses pembelajaran dengan konsep blended learning perlu dikembangkan ataupun menggunakan referensi yang sdah ada untuk menyesuaikan model pembelajaran dengan kondisi di sekolah masing-masing. Konsep tersebut merancang langkah-langkah yang diperlukan tentang bagian yang dapat dilaksanakan secara luring dan bagian yang dilaksanakan secara daring hingga proses penilaian pembelajaran.
Selain itu dalam prosesnya dapat pula ditambahkan skema untuk perlibatan orang tua, siswa, dan guru dalam proses pemberian umpan balik atau bentuk penilaian diri sebagai bagian dari proses untuk mendukung perbaikan penyelenggaraan kegiatan pembelajaan juga diperlukan, terutama bagi anak usia SD-SMA.
Sehingga komunikasi yang sehat dan bermakna dapat terwujudkan antara siswa, guru, dan orang tua. Harapannya adalah kombinasi masukan ketiganya dapat menjadi suatu rekomendasi untuk perbaikan pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang pada akhirnya kegiatan pembelajaran yang menarik dan bermakna dapat terwujudkan.
Tulisan ini merupakan sebuah proses berbagi dan diskusi, lebih kurangnya mohon maaf.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H