Lihat ke Halaman Asli

Kepemimpinan Shalahuddin Al-Ayyubi dalam Merebut Baitul Maqdis

Diperbarui: 21 November 2022   06:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Baitul Maqdis merupakan salah satu kota tertua di dunia, berlokasi di pertengahan daerah  Palestina dengan ketinggian antara 38 hingga 720 meter dari permukaan laut. Kota tersebut dahulu merupakan ibu kota negara Syam, yang hingga kini disifati oleh Allah dengan banyaknya keberkahan di dalamnya. Untuk itu, Baitul Maqdis memiliki arti yang sangat penting bagi kaum Muslimin.

Biografi Shalahuddin Al-Ayyubi

Shalahuddin Al-Ayyubi berasal dari bangsa Kurdi. Nama lengkapnya Shalahuddin al-Ayyubi ialah Yusuf bin Najmuddin Ayyub bin Syadzi bin Marwan bin Ya'qub al-Duwiniy, al-Tikrity atau "Saladin", seperti yang diucapkan di Barat.

Shalahuddin lahir pada tahun 532 Hijriyah atau 1137 Masehi di Benteng Tikrit ketika ayahnya, Najmuddin Ayyub, menjadi penguasa di Benteng tersebut. Namun pada saat Imaduddin Zanki berhasil menaklukkan daerah Balbek, tahun 534 H, ia lantas menunjuk Najmuddin Ayyub sebagai gubernur daerah tersebut, sehingga Shalahuddin melewati sebagian masa kecilnya di Balbek. Selama di Balbek inilah, Shalahuddin mengisi masa mudanya dengan menekuni teknik perang, strategi, maupun politik. 

Setelah itu, Shalahuddin melanjutkan pendidikannya di Damaskus untuk mempelajari teologi Sunni selama sepuluh tahun, dalam lingkungan istana Nuruddin. Di tempat baru inilah, Shalahuddin semakin tumbuh menjadi sosok remaja yang rajin mempelajari ilmu pengetahuan, berlatih seni berperang, belajar memanah dan berbagai kebutuhan penunjang kepahlawanan lainnya. Oleh karena itu, Shalahuddin senantiasa bersikap sebagai pemuda terpelajar, tenang, taat beragama dan semangat dalam memperjuangan Islam serta kaum Muslimin, sehingga ia mendapatkan kehormatan dan kedudukan tinggi dihadapan Nuruddin Mahmud. 

Karir Shalahuddin pun terus meningkat menuju kematangan, ia tidak hanya pandai menunggang kuda dan berlatih perang, melainkan juga menekuni administrasi dan politik. Tidak mengherankan jika saat beranjak dewasa dan menjadi seorang pemimpin, ia menggunakan seluruh pengetahuannya untuk mengatur dan menjalankan pemerintahan. 

Setelah pematangannya di Damaskus, masa Shalahuddin berikutnya dihabiskan di Mesir yang memperlihatkan kepahlawanan serta pengalaman perangnya. Hal ini diawali dengan adanya permintaan bala bantuan oleh penguasa Mesir, bernama al-Adhid kepada Nuruddin Mahmud, tahun 563 H untuk menyelamatkan mereka dari pasukan Salib.

Pembebasan Baitul Maqdis oleh Shalahuddin al-Ayyubi 570-583 H 

Kemenangan Muslimin dalam Perang Hattin pada Juli 1187 mengawali pembebasan Baitul Makdis. Usai pertempuran tersebut, Sultan Shalahuddin al-Ayyubi menawan ratusan prajurit Salib. Pimpinan mereka, Raja Latin Yerusalem Guy Lusignan dan Pangeran Antiokhia Raynald Chatillon, juga ikut ditangkap.  

Keberhasilan yang diraih Shalahuddin Al-Ayyubi merebut kembali Yerusalem bukanlah hal yang tidak mungkin. Adapun beberapa strategi yang digunakan Shalahuddin Al-Ayyubi bersama pasukannya melawan Pasukan Salib dan kembali menguasai Yerusalem, diantaranya adalah:

Ekspansi Wilayah

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline