Radikalisme merupakan suatu bentuk tindakan manusia yang tidak mengenal kebaikan dan toleransi, seperti saling membunuh atau bertindak secara anarkis. Sebagai umat Muslim, Islam tidak mengajarkan adanya perbuatan keji dan kekerasan, sehingga ajaran Islam disebarkan untuk membantu manusia keluar dan menghindari radikalismenya.
Kelompok-kelompok radikal Islam telah menjadi sorotan dunia dalam beberapa dekade terakhir. Dengan keyakinan dan tindakan yang ekstrem, mereka telah menciptakan bayang-bayang ketakutan dan kekhawatiran di seluruh dunia.
Kelompok radikal pertama dalam sejarah Islam adalah Khawarij. Khawarij merupakan kelompok radikal yang muncul pada masa awal sejarah Islam tepatnya pada masa kepemimpinan Khalifah Ali bin Abi Thalib. Kelompok Khawarij menolak perjanjian penyelesaian antara Ali dan kelompok lain, karena percaya bahwa hanya Allah yang berhak memberikan wewenang.
Khawarij memiliki pandangan radikal terkait masalah politik dan agama. Kaum Khawarij terkenal dengan kebiasaan ekstrim mereka yang mencela orang lain sebagai kafir, yang telah menyebabkan konflik dan bahkan pertumpahan darah di masa lalu. Meskipun dalam sejarah telah berlalu, namun pandangan radikal seperti yang dimiliki oleh Khawarij ini sering dianggap sebagai ancaman bagi keamanan dan kedamaian di dunia Islam.
Sedangkan ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah) atau ISIL (Negara Islam Irak dan Syam) adalah kelompok ekstremis yang ingin mendirikan kekhalifahan di wilayah Irak dan Suriah berdasarkan hukum Islam yang ketat. Kelompok ini menarik perhatian global dengan taktik brutal, termasuk eksekusi massal, penculikan, dan penggunaan media sosial untuk propaganda dan perekrutan.
Perbedaan utama antara Khawarij dan ISIS terletak pada latar belakang sejarah, waktu kemunculan, dan tujuan spesifiknya. Meskipun kedua kelompok tersebut mewakili ideologi radikal, mereka berada dalam periode sejarah yang sangat berbeda dan memiliki pendekatan yang berbeda dalam metode dan tujuan mereka.
Khawarij memiliki tujuan yang sama dengan keyakinan dan interpretasi Islam yang ketat. Mereka melawan Khalifah saat itu dan terkenal keras dalam menilai umat Islam lain, sering kali menyebut mereka kafir karena dosa yang dirasakan. Di sisi lain tujuan ISIS yaitu mendirikan kekhalifahan dan memperluas pengaruhnya di Irak dan Suriah melalui kekerasan, taktik teroris, dan penerapan hukum Islam yang radikal. Meski latar belakang dan metode kedua kelompok ini berbeda, keduanya adalah ideologi radikal dengan pendekatan yang berbeda dalam mencapai tujuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H