Lihat ke Halaman Asli

Bilal AB

Love For All Hatred For None

Su'u zhon adalah Sifat Thabi'i Manusia

Diperbarui: 3 Februari 2021   05:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Jangan menilai buku dari sampulnya

Ketika kita bertemu dengan orang yang berkulit hitam, berbadan tegap, berwajah garang, ketika berbicara nadanya tinggi. Pikiran kita pada umumnya langsung 'men-judge' ini orang yang tidak baik. Tetapi ketika bertemu orang berwajah manis, murah senyum, berbicara lembut. Mayoritas kita akan menilainya sebagai orang baik. Demikianlah pembawaan alami manusia. Allah swt telah menanamkan di dalam fitrat manusia kecenderungan pada keburukan atau kebaikan. Firman-Nya :

"Maka Dia mengilhamkan kepadanya (manusia) keburukan-keburukan dan ketaqwaannya" (QS. Asy-Syam : 8)

Inilah keistimewaan manusia yang berbeda dari makhluk lainnya. Manusia diberikan kebebasan untuk memilih, manakala manusia melangkah menuruti hawa nafsunya kearah pelanggaran dan keburukan tanpa dinaungi oleh pertimbangan akal dan pengetahuan, itulah keadaan thabi'i atau pembawaan alami. Sumber dari sifat ini adalah nafsu sebagaimana yang dijelaskan oleh Allah Ta'ala dengan riwayat Nabi Yusuf as :

"...Sesungguhnya nafsu itu senantiasa menyuruh kepada keburukan..." (QS. Yusuf : 53)

Maka untuk mengontrol sifat thabi'i dalam jenis 'su'u zhon'. Manusia harus dapat menahan diri beberapa saat hingga datang atau diperoleh pengetahuan yang sebenarnya tentang suatu hal.* Ada sebuah pelajaran yang sangat indah dari Nabi Muhammad saw ketika mendidik sahabat agar terhindar dari su'u zhon :

Pada suatu peperangan, pasukan muslim berhasil memukul mundur pasukan kufar, seorang sahabat bernama Usamah bin Zaid ra. menangkap seorang dari pasukan kufar. Dalam kondisi demikian tiba tiba dia mengucapkan 'laa ilaaha illaallahu'. Tetapi Usamah bin zaid tetap membunuhnya karena beliau beranggapan bahwa yang dilakukan orang tersebut hanya karena takut dibunuh.

Setelah peristiwa tersebut, Usamah bin Zaid ra. merasa tidak tenang seperti ada yang mengganjal dihatinya. Lalu beliau ra. menyampaikan peristiwa tersebut kepada Rasulullah saw. Dan beliau saw bertanya : Apakah kamu tetap membunuhnya bahkan setelah ia mengucapkan 'laa ilaaha illaallahu' ? (dalam riwayat yang lain ditanyakan : Siapa yang menolong mu dengan 'laa ilaaha illaallahu' pada hari kiamat ?) Usamah bin Zaid menjawab : 'wahai Rasulullah, sesungguhnya ia mengucapkan hal itu hanya karena takut mati (tidak dibunuh)'. Rasulullah saw bersabda : 'sudahkah kamu membelah dadanya  sehingga kamu tahu dia benar-benar mengucapkannya (laa ilaaha illaallahu) atau tidak ?'

Rasulullah saw terus mengulangi kalimat tersebut berkali sehingga Usamah bin Zaid berharap supaya beliau tidak menjadi muslim sebelum hari itu.** (Dikutip dari HR. Ahmad dan Abu Daud)

Allah swt dengan sangat tegas mengingatkan kepada orang-orang yang beriman agar senantiasa menjauhi persangkaan. Allah Ta'ala berfirman "

"Hai orang-orang yang beriman jauhilah banyak prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa.." (QS. Al-Hujurat : 12)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline