BBM Premium yang disubsidi pemerintah saat ini selisih harganya mencapai Rp 2000 lebih murah dari Pertamax. Pertamax adalah BBM yang mempunyai oktan 91 atau 92, sedangkan Bensin hanya 87. Dengan harga itu, tentu saja orang semakin terdorong menggunakan Premium. Saat ini di Indonesia ada banyak kelompok kendaraan, dari standar sampai ke jenis mobil mewah.
Dari data BPS bisa diperkirakan pada akhir tahun 2010 jumlah mobil penumpang dapat mencapai 10.690.000 kendaraan, dan sepeda motor mencapai 51.696.000 kendaraan.
Kuota Premium yang tercakup dalam kuota nasional BBM bersubsidi dalam APBN 2010 adalah 20,6 juta kiloliter (59%), dan kuota nasional BBM non subsidi per tahun dapat diestimasi dari jumlah konsumsi harian, menurut posisi stok BBM nasional per 21 Desember 2009. Secara perhitungan kasar didapat, konsumsi Pertamax dan Pertamax Plus masing-masing adalah 494.000 dan 86.000 Kl per tahun.
Dari kedua informasi tersebut dapat di hitung secara kasar, bahwa jumlah mobil penumpang pemakai Pertamax dan Pertamax Plus diakhir tahun 2010, masing-masing mencapai 210.310 dan 37.000 unit. Dari kedua data ini, secara kasar dapat dihitung pula jumlah kendaraan pemakai premium: (10.690.000-210.310-37.000)= 10.442.690 kendaraan penumpang, dan 51.696.000 sepeda motor.
Dari dua jumlah kendaraan itu, jika diasumsikan pemakaian premium untuk kendaraan penumpang dan sepeda motor masing-masing adalah 11 km /lt dan 35 km/lt, maka total BBM bersubsidi (premium) yang dibutuhkan dalam setahun adalah 35,1 juta kiloliter lebih banyak dari 20,6 juta kiloliter kuota yang ada dalam APBN 2010.
Dalam APBN 2010, pemerintah mematok subsidi BBM sebesar Rp 68,7 triliun atau porsi untuk premium kira-kira (59% x Rp 68,7 triliun) = Rp 40,6 triliun, dengan asumsi harga minyak dunia $ 65 per barel.
Jika asumsi harga minyak dunia dianggap tetap $ 65 per barel, maka dengan kebutuhan 35,1 juta kiloliter di atas, subsidi untuk premium di tahun 2010 diperkirakan menjadi 1,71 x Rp 40,6 triliun = Rp 69,2 triliun atau meningkat sebanyak Rp 28,4 triliun.
Jika perhitungan ini menjadi kenyataan, maka defisit APBN 2010 bisa melonjak dari Rp 98 T menjadi Rp 126,7 T dengan patokan harga minyak dunia dan kurs rupiah yang digunakan dalam perhitungan APBN diasumsikan tetap.
Pemakaian BBM yang berlebihan, khususnya BBM yang disubsidi oleh pemerintah adalah bentuk pemborosan uang dan sangat menyia-nyiakan energi yang mahal tersebut. Meski laju pemilikan kendaraan bermotor pemakai BBM bersubsidi dapat ditekan sebanyak 70 persen pun, pemerintah tetap perlu mensubsidi sebanyak Rp 67.3 T atau hanya menurunkan Rp 1,9 T saja.
Dari pembahasan di atas, sepeda motor menggunakan 16,1 juta kiloliter Premium pada tahun 2010, atau menggunakan subsidi sebesar Rp 32 T. Jika pemerintah bisa menerapkan peraturan yang membatasi penggunaan BBM bersubsidi oleh sepeda motor, maka pemerintah bisa menghemat Rp 32 T di tahun 2010!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H