Tadinya inginnya menghindari pemberitaan media online, paling tidak sampai April 2019 nanti. Tapi nampaknya untuk melakukan hal itu bagi saya bukan hal mudah. Jadilah hari ini kepentok berita tentang Prabowo yang lagi-lagi mengeluarkan statement tanpa data a.k.a asal jeplak.
Saya duga, seperti yang lalu-lalu, beberapa waktu ke depan ini, para pendukungnya akan sibuk membuat klarifikasi untuk statement asal jeplak tsb, tapi itu sih urusan mereka lah, yang jelas saya tiba-tiba terpikir; lalu kalau memang ada uang WNI sebesar itu di luar negeri, so what?
Ya, so what? Kalau memang benar ada uang WNI yang totalnya mencapai 11 T di luar negeri, lalu?
Mari kita membuat andai-andai. Seandainya memang ada sejumlah itu di luar negeri, lalu katakanlah sebagian besarnya atau bahkan mungkin semuanya bisa ditarik ke dalam negeri, lalu mau diapakan? Apa pikirnya uangnya bisa dibagi-bagi untuk yang masih hidup kekurangan? Hello? Uang itu ada pemiliknya, jadi kalaupun bisa diminta untuk ditarik dan dikembalikan ke dalam negeri, itu bukan untuk dibagi-bagi.
Uang kembali atau masuk ke Indonesia, bagi pemerintah sendiri memang baik, pemasukan dari pajak akan naik. Tapi dalam hidup ini tidak ada yang 100% baik tanpa ada sisi negatifnya sama sekali. Demikian juga dengan masuknya dana besar dana terparkir luar negeri itu pasti ada dampak negatifnya, salah satu contohnya adalah adanya kemungkinan untuk rupiah menguat, menguat secara signifikan malah, artinya harga barang ekspor Indonesia menjadi mahal, yang bisa jadi membuat orang enggan untuk membeli produk Indonesia atau paling tidak mengurangi import produk Indonesia. Para eksportir mau jualannya berkurang atau bahkan ekstrimnya hilang karena pembeli tidak lagi mau import?
Dari sisi lain karena itu uang itu ada pemiliknya (entah milik pribadi atau milik banyakan), lalu apa keuntungannya bagi para pemiliknya bila mau menarik uangnya ke Indonesia? Cukup diberi ucapan terima kasih saja? Ditambah plakat sebagai pribadi yang nasionalis?
Saya cukup yakin bila salah satu alasan para pemilik dana tsb menyimpan uangnya di luar negeri adalah karena ada imbal balik yang menarik bagi mereka. Saya tidak yakin ucapan terima kasih ditambah plakat sebagai pribadi yang nasionalis itu bisa lebih menarik dibandingkan imbal balik yang bisa mereka dapatkan dengan memparkirkan uangnya di luar negeri sana. Contohnya saja, seorang yang mengaku sebagai seorang patriot dan nasionalis, pada debat capres ke-2 lalu, toh ternyata namanya ada dalam daftar yang memparkirkan dananya di luar. Itu seorang patriot dan nasionalis lho, apalagi bagi yang bukan.
Abaikan masalah keuntungan bagi pemiliknya, pokoknya duitnya harus balik ke Indonesia agar pemasukan dari pajak naik sehingga ada cukup dana untuk melakukan pembangunan di Indonesia. Jadi tidak lagi perlu berhutang untuk melakukan pembangunan di berbagai bidang. Benarkah pembangunan akan semakin banyak karena punya cukup uang? Tidak juga! Bila uang pinjaman saja dipakai untuk hal-hal yang tidak produktif, misalnya dipakai untuk subsidi bbm, apalagi uang "pribadi". Jadi tergantung juga siapa yang memegang pemerintahan. Nah pertanyaannya selama ini siapa yang terbukti produktif? Siapa yang terbukti mau melakukan pembangunan walaupun di caci maki, difitnah dan ditempeli berbagai hal buruk yang tidak ada buktinya? Yang koar-koar tadi sudah berbuat apa? Selama ini hanya terdengar dan muncul setiap mau pilpres.
Jadi balik lagi, kalau memang ada dana sebesar itu, so what?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H