Dari beberapa kali pemilihan presiden, masa pemilihan presiden kali ini, bagi saya, merupakan masa pemilihan yang paling membosankan dan melelahkan. Bagaimana tidak demikian bila baik media sosial maupun kanal berita dipenuhi dengan berbagai berita kegiatan, pernyataan dan opini baik dari orang yang memang terlibat dalam pertarungan memperebutkan posisi nomor 1 di Indonesia ini, pengamat ataupun opini-opini pribadi masyarakat pendukung dari kedua kubu.
Berita kegiatan sih baik-baik saja, yang menjadi masalah adalah pernyataan dan opini, itu yang membosankan dan bahkan cenderung menyebalkan. Bahkan pernyataan-pernyataan dan opini-opini tsb tidak jarang juga menimbulkan kejengkelan bahkan kemarahan.
Lho, marah? Ya marah, mengapa? Bagaimana tidak jengkel dan marah bila pernyataan dan opini tsb seolah-olah menganggap bahwa orang lain itu tidak memiliki nalar. Tidak mampu untuk menangkap fakta, tidak mampu untuk mengerti suatu pernyataan. Fakta yang dibolak-balikan, pernyataan yang ditarik dari konteks. Hampir semuanya menunjukkan absurditas.
Hanya sedikit yang menggunakan nalar yang sehat dan bersedia untuk berbicara berdasarkan fakta yang sebenarnya, bukan fakta yang ditarik dari konteksnya, tapi ya tidak banyak orang yang berlaku demikian.
Dengan semua hiruk pikuk yang menghabiskan energi itu nampaknya lebih baik untuk sementara menarik diri dululah dari medsos dan kanal berita, daripada menjadi senewen dan hanya menambah dosa saja karena menyumpahi orang yang bahkan namanyapun hanya dikenal dari berita saja.
Toh sudah jelas juga siapa yang memiliki kualitas memimpin, mau bekerja dengan ikhlas dan bukan sekedar retorika. Bukan yang terbaik memang, tapi jelas jauh lebih baik dibandingkan dengan kompetitornya.
Bila sudah jelas yang memimpin beberapa tahun terakhir ini punya rekam jejak yang cukup baik, mengapa harus ganti dengan orang lain yang track recordnya saja tidak jelas. Biarkan sang petahana untuk menyelesaikan pekerjaannya hingga batas maksimal yang dimilikinya.
Itu bila nalar masih ada dalam benak, bila tidak ya entahlah....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H