Sungguh sangat menarik mengikuti dan mengamati perjalanan panjang dari Bapak Presiden SBY dalam karier militer yang dimulai dari Kampus Tidar dan kariier politiknya dari sejak menjabat Menteri Pertambangan, membidani lahirnya Partai Demokrat lalu memerintah selama 10 tahun dan sampai saat ini dengan beraktivitas di dunia maya. Untuk dapat lebih baik lagi untuk mengenal Bapak Presiden SBY maka dalam Koran Media Indonesia edisi hari Rabu, tanggal 8 Pebruari 2017 ada artikel yang tentang Bapak Presiden SBY yang ditinjau dari kacamata Psikologi yang mendasarkan pada landasan teori Alfred Adler (1870 - 1937) yang berpendapat bahwa setiap orang merupakan konfigurasi unik dari motif - motif, sifat - sifat, minat - minat, dan nilai - nilai.
Kemudian pembahasan dilanjutkan untuk Karakteristik kepribadian Anak tunggal yang charming, Fenomina yang sering muncul adalah :
1. Cenderung menjaga perhatian tetap tertuju kepadanya.
2. Langsung bereaksi ketika ada hal atau pemberitaan yang bisa merusak citranya.
3. Punya kepekaan terhadap yang berlangsung di masyarakat, terutama yang terkait dengan diri atau keluarganya.
4. Ketika menjadi Pemimpin, ia terkesan pasif, seakan kurang inisiatip, terlalu hati - hati, dan tidak tegas.
Lalu kembali kepada Bapak Presiden SBY khususnya pada Pilkada DKI Jakarta menjelang hari pencoblosan pada tanggal 15 Pebruari 2017 ini tampaknya Bapak Presiden SBY sangat aktip di media sosial dengan cuitan di Tweeter.. Apakah karena hal ini banyak pemberitaan di media yang menyangkut salah satu keluarga Bapak Presiden SBY yang menyangkut diri Paslon Gubernur DKI Jakarta yaitu Paslon AHY ?. Kalau hal ini benar maka sangat disayangkan karena Bapak telah mengarungi Jabatan Publik sekian lamanya dan sebagai konsekwensinya maka rakyat akan melihat sepak terjang seseorang yang menjabat atau akan menjabat Pejabat Publik.
Rakyat sebagai pembayar pajak adalah wajar untuk dapat melakukan uji publik (due diligent) atas Paslon Pejabat Publik yang kadangkala media sosial itu sangat kejam karena sifatnya itu setiap warga bisa masuk dan berkomentar tanpa menghiraukan latar belakang akidahnya, pendidikannya, keluarganya, suku bangsanya, landasan etikanya, dan lain sebagainya. Jadi adalah tidak tepat untuk mengatakan adanya invisible hands yang secara teratur, terukur dan sistimatis yang melakukan serangan atas diri Bapak Presiden SBY. Bukannya dalam dunia jurnalisme ada istilah hak jawab. Maka dari itu silahkan saja Bapak Presiden SBY menjawabya semua yang dilakukan itu sesuai dengan yang benar menurut Bapak Presiden SBY.
Selain daripada itu Bapak Presiden SBY yang terakhir mengatakan : "Jangan sekali lagi ada islam phobia di Indonesia, negeri sendiri. Itulah yang menurut saya terjadi akhir-akhir ini yang mengusik pikiran saya dengan harapan semua sadar, pemimpin sadar jangan membikin jarak satu sama lain". Sedangkan untuk kasus Ahok, Bapak Presiden SBY mengatakan : " Bukan NKRI, bukan isue kebhinekaan, bukan isue SARA. Itu kasus hukum murni". Sungguh saya tidak mengerti akan pernyataan Bapak Presiden SBY atas 2 pernyataan Bapak Presiden SBY tersebut dihubungkan dengan fakta nyata yang ada di sekitar kita.
Banyak diberitakan di media bahwa sudah ratusan pejuang jihad sebagai anggota ISIS kembali ke Indonesia setelah ikut bertempur bersama ISIS di Syria dan Irak sana. Bukankah mereka itu juga penganut akidah tertentu ? Belum lagi sering ditayangkan di layar kaca ada kegiatan sekumpulan orang dengan menggunakan pakaian dan atribut yang bisa diassosiasikan dengan akidah tertentu yang sedang melakukan pengrusakan ?. Bukankah kita punya penegak hukum yang dilandasi dengan Undang-Undang yang melakukan penegakkan hukum ? Sungguh Bapak Presiden SBY, saya mengalami kesulitan untuk menjelaskan kepada cucu akan peristiwa itu.
Jadi untuk itu bolehkah saya bertanya kepada Bapak Presiden SBY untuk menjelaskan Islam Phobia yang bagaimana dan apa penyebabnya serta islam yang bagaimana yang bisa menyebabkan phobia ? Lalu bagaimana evaluasi Bapak Presiden SBY atas peristiwa-peristiwa yang mendahului sebelum ada penetapan Ahok sebagai tersangka penistaan agama ? Kira-kira untuk mobilisasi dan mengerahkan ke Jakarta massa sebesar itu membutuhkan biaya berapa besarnya ? Saya berterima kasih kalau Bapak Presiden SBY berkenan untuk menjawabnya......