Seperti biasa kalau Jakarta habis diguyur hujan lebat dan pas jam pulang kantor maka para commuter akan selalu berpikir keras untuk mencari jalan alternatip bagaimana cepat sampai di rumah berjumpa dengan pujaan hati yaitu anak dan istri. Belum lagi tingkat kedisiplinan warga dalam mengemudikan kendarannya makin memperparah kemacetan. Beruntung bagi warga yang tinggal di daerah yang banyak jalan alternatipnya berupa jalan tikus sehingga banyak pilihan jalannya.
Kemarin sore tidak terkecuali setelah Jakarta diguyur hujan lebat maka kemacetan terjadi dimana-mana. Rasanya mengemudikan kendaraan bagaikan duduk di taman parkir menyaksikan kendaraan yang bergerak bagaikan liliput yang sangat pelan sekali bergeraknya. Pada saat kemacetan seperti itu biasanya pikiran melayang kemana-mana karena fokus untuk mengemudi agak berkurang karena tidak banyak manuver yang bisa dilakukan untuk mempercepat laju kendaraan.
Lalu pikiran melayang ke visi misi Kandidat DKI-1 yang sudah diekpose di media sosial yang saat ini baru Paslon Ahok-Djaror yang sudah tersedia untuk publik melalui media masa sedangkan pasangan lainnya belum tampak mempublikasikan. Tidak jelas apakah Paslon DKI-1 lainnya itu baru sedang akan menyusun atau sedang akan melakukan revisi atas visi misinya mengingat visi misi Ahok - Djarot sudah mencakup semua permasalahan yang dihadapi oleh warga DKI Jakarta. Perlu diamati dan ditunggu apa ada yang komentar setelah membaca visi misi Ahok-Djarot itu masih ada orang yang bertanya apakah besok itu Pilkada atau Pilpres ya ? Kalau ada komentar seperti itu dan berasal dari orang yang sudah sepuh dan bergelar DOKTOR dan atau PROFFESSOR maka perlu diperiksa kesehatannya apakah yang bersangkutan sudah terjangkit penyakit alzheimer.
Tak terasa sudah hampir 60 menit hanya untuk lepas dari kesemrawutan di perempatan yang lampu lintasnya mati dan ternyata ada Pak Ogah yang turun tangan mengatur lalu lintas sore itu. Setelah melewati perempatan jalan itu maka terbesit pikiran ternyata tidak diperlukan Ahok untuk mengurai kemacetan berkendaraan di Jakarta. Yang diperlukan adalah Pak Ogah yang dengan ketekunannya dan kesabarannya mengarahkan pengemudi yang tampaknya mau menangnya sendiri tanpa mau tahu kalau ada pengemudi lain di sekitarnya.
Ahok tidak diperlukan untuk mengatur dan mengurai kemacetan di Jakarta. Yang sangat diperlukan adalah PERINTAH AHOK kepada Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta untuk membentuk pasukan Pak Ogah secara resmi yang nantinya bisa diberi seragam apakah warna merah, warna merah tanah, warna biru atau warna kuning, Yang nantinya pasukan di ini di BKO kan di setiap Kelurahan untuk mengatur lalu lintas dari jam 17.00 sampai dengan jam 20.00 dengan kompensasi penghasilan sebesar UMR DKI Jakarta. Bukannya di DKI Jakarta sudah punya pasukan orange yang bertanggung jawab atas kebersihan dan terjadinya genangan air di pelosok Kelurahan DKI Jakarta ?
Salam perubahan untuk kehidupan yang lebih baik....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H