Mungkin bagi sebagian orang bertanya-tanya bagaimana sebenarnya hubungan antara Megawati, DPP PDIP, DPD PDIP dan Petahana Gubernur DKI Jakarta AHOK dalam Pilkada DKI Jakarta. Banyak komentar bersileweran baik dari anggota PDIP yang boleh dibilang hijau di dunia perpolitikan seperti Masinton dan Adian Napitupulu maupun yang cukup lama bergerak di dunia politik seperti yang bergelar Proffessor. Belum lagi anggota DPP PDIP maupun DPD PDIP Jakarta lainnya yang seolah berlomba untuk berkomentar bahkan ada yel - yel untuk penyemangat sebelum Rapat DPD dimulai. Mereka bicara asal bunyi seolah-olah mereka merasa benar karena merasa wakil rakyat yang notabene memang pekerjaannya adalah "parle" yaitu harus ngomong.
Namun kalau kita cermati komentar mereka di media massa maka akan tampak bahwa mereka mungkin lupa bahwa dalam dunia politik itu tidak seperti dalam bangku kuliah yang mana semuanya dapat diprediksi secara linear bahwa kalau ada hubungan antara satu hal dengan hal lainnya. Seperti pada saat ini dimana dari kacamata PDIP itu bahwa Jokowi adalah petugas partai yang sedang berjuang untuk menjalankan visi misi partai di tingkat nasional walaupun mandat yang diperoleh Jokowi itu langsung dari rakyat Indonesia pada saat pemilu tempo hari.
Dalam hal ini hubungan antara Jokowi dengan PDIP itu jelas bahwa Jokowi itu merupakan dan mengantongi Kartu Anggota PDIP. Namun kalau diperhatikan bahwa sampai saat ini AHOK itu bukan anggota PDIP sehingga model tata hubungan seperti Jokowi dan PDIP tidak bisa diterapkan kepada AHOK. Hal ini terungkap di media massa bahwa banyak elit pengurus teras DPP PDIP yang mengatakan bahwa Risma itu harus patuh kepada keputusan partai apapun pertimbangan pribadi Risma dalam hiruk pikuk Pilkada DKI Jakarta.
Jadi karena relasi hubungan Ahok dengan PDIP tidak sama seperti hubungan relasi Jokowi dan Risma denganPDIP maka dalam hal ini harus dilihat hubungan Ahok dengan PDIP dari perspektip lainnya. Seperti kita ketahui bahwa Pemilik PDIP itu adalah Megawati karena itu bagai layaknya perusahaan Megawati sangat berkuasa dalam partai bahkan ada yang menyebut bahwa Megawati itu mempunyai hak veto segala.
Mungkin belum banyak yang tahu bahwa sering Ahok itu bilang bahwa Ahok itu adalah temannya Jokowi dan orangnya Megawati. Sebenarnya makna yang lebih dalam lagi dari kata "orangnya Megawati" itu dapat disimpulkan bahwa Ahok itu adalah"anaknya" Megawati sehingga dengan demikian kalau kita melihat komentar dari orang-orang DPP PDIP maupun DPD PDIP Jakarta mengenai siapa yang akan diusung PDIP masih menunggu Megawati. Jadi jangan heran kalau melihat bagaimana "gayengnya" hubungan Megawati dan Ahok khususnya kalau bicara soal makanan yaitu makan bakmi Bangka dimana juru masaknya adalah Ahok.
Sebagai anak maka akan merupakan suatu kebahagiaan dan kebanggaan kalau bisa berbhakti kepada orang tua walaupun hanya berupa memasak makanan kesukaan Ibunda dan begitu sebaliknya bagaimana bahagia dan bangganya seorang Ibu akan hasil prestasi anaknya yang telah berhasil memimpin DKI Jakarta dalam peningkatan taraf hidup rakyat DKI Jakarta. Jadi kalau sudah demikian hubungan relasi antara Megawati dan Ahok maka siapa yang akan berani di antara anggota PDIP yang akan bersuara beda dengan Megawati dalam pilkada DKI Jakarta ?
Salam perubahan untuk kehidupan yang lebih baik....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H