Saya memang orang kesehatan, adik dan ipar, keponakan, tante saya juga banyak yang jadi tenaga kesehatan. Tapi ada satu hal yang sampai kini saya dan adik - adik angkat tangan. Bahkan tak berhasil untukmenaklukan kekerasan hati ayahku. Apa sih yang tak bisa ditahklukan dari ayahku?Itu lho tentang cek kesehatan. Oya di rumah kami memanggil ayah dengan sebutan bapak. [caption id="attachment_193503" align="aligncenter" width="280" caption="Ruang Periksa /Dok.Pri/BCRT/2012"][/caption] " Pak, sesekali kita ke dokter ya?, ada dokter sahabatku ramah sekali, beliau sudah lama ingin kenal bapak" "Halah paling- paling bapak mbok suruh cek kesehatan toh? hehehehe, Ora usah nduk, bapakmu iki sehat sentausa damai sejahtera, wes toh percaya aku sehat" jawab ayah saya dengan tegas tapi sambil tertawa sesudahnya ( intinya beliau menolak karena menganggap badannya sehat). [caption id="attachment_193499" align="aligncenter" width="328" caption="Tensimeter/Dok.Pri/BCRT/2012"]
[/caption] Bayangkan betapa patah hatinya saya hehehehe, sebagai orang kesehatan kami bertiga di rumah ini bisa memotifasi orang banyak untuk cek kesehatan tapi sama bapak sendiri tak mampu hehehehe. Tobat deh.Untung beliau nggak pernah sakit. Merayu ayahku Cek Kesehatan?Aduh kog susah ya, kalau sudah mulai ngobrol menjurus ke sana, ayahku langsung saja "mbulet" alias mencari - cari alasan supaya tidak dibawa anaknya untuk cek ke dokter. Saya sendiri tak habis akal ada saja strateginya untuk mengarahkan ayah ke rumah sakit. Tapi beliau memang merasa sehat, tidak pernah sakit. Kesibukan bapak setelah pensiun jadi guru, bangun pagi berkebun dan menyapu halaman. Jangan harap akan menemukan daun bertumpuk di bawah pohon kalau bapak sudah mulai bangun pagi ..sraaak sreeeek.... menggerakkan sapu lidi..hehehe. Untunglah di rumah ada alat tensimeter, thermometer, dan jam tangan. Minimal tiga alat ini saya bisa memantau keadaan ayah. [caption id="attachment_193497" align="aligncenter" width="346" caption="ALKES/BCRT/2012"]
[/caption]
Tensimeter, alat ini untuk mengukur tekanan darah, dan stetoscope saya bisa "nguping" detak jantung ayah saya untuk mendengarkan iramanya. Thermometer seperti ini saya tinggal untuk sewaktu - waktu kalau ayah merasa demam biasanya beliau akan mengukur sendiri. Tapi setahun belum tentu dipakai malah sering dipinjam tetangga hehehe. Oya, jam tangan ini berguna sekali buat menghitung denyut nadi dan frekuensi pernafasan. Kalau ada jam tangan coba sekarang cari denyut nadi terkuat di sekitar pergelangan tangan. Untuk dewasa 80 kali denyutan permenit sudah normal.Tetapi setelah olahraga, makan atau ada aktifitas ujian, rapat dsb denyut nadi cenderung cepat. Frekuensi pernafasan juga bisa dihitung dengan jam tangan. Tapi menghitungnya mesti diam diam, biasanya saat ayah tidur saya memperhatikan irama nafas, bunyi, dan frekuensinya. Kenapa harus diam- diam, ya nanti ketahuan kalau kita hitung maka seseorang tanpa sadar akan mengubah irama hehehe. Bagi yang belum ada timbangan berat badan di rumah sebaiknya disediakan, apalagi yang tergolong obesitas atau malah kurus. Nah di rumah juga ada timbangan tapi bukan seperti yang di foto ilustrasi ini, saya punya yang timbangan biasa. [caption id="attachment_193501" align="aligncenter" width="346" caption="Timbangan Badan/Dok pri/BCRT/2012"]
[/caption] Hm, ini sedikit kisah tentang ayah saya, semoga ayah - ayah lain di kompasiana ini taat cek up kesehatan, apalagi kalau di rumah tidak ada putra putrinya yang bekerja di kesehatan. Untuk para ayah dan pria terutama yang berusia 40 tahun ke atas, bila ada keluhan seputar kesehatan sebaiknya cek ke dokter, misalnya yang berhubungan dengan jantung, paru - paru, fungsi ginjal dan minimal tekanan darah secara rutin. Tak usah takut. Karena itu penting banget. [caption id="attachment_193504" align="aligncenter" width="346" caption="USG/dok pri/BCRT/2012"]
[/caption]
Ini catatan kisah tentang ayahku, sengaja tidak saya masukkan rubrik kesehatan karena sekedar sharing tapi, jangan ditiru ayahku lho ya hehehehe. Jika bisa cek kesehatan itu baik, kadang kita cukup mencegah sakit dengan diet gisi seimbang sesuai usia dan kondisi tubuh, jika semua taat tidak sampai harus berobat. Biasakan hidup sehat dengan makan teratur, olahraga dan pikiran yang positif. Salam hangat dan selamat berakhir pekan bersama keluarga. Bidan Romana Tari
http://lifestyle.kompasiana.com/hobi/2012/06/09/weekly-photo-challenge-minimalist-photography/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H