[caption id="attachment_173532" align="aligncenter" width="480" caption="ilustrasi/admin(shutterstock.com)"][/caption] Sadar atau tidak adakalanya kita yang kurang memperhatikan hal - hal yang berkaitan dengan riwayat kesehatan pribadi. Contoh mudah adalah saat kita berobat atau dirawat di rumah sakit, dan dilakukan tanya jawab tentang riwayat penyakit yang pernah diderita dan beberapa data penting lain berkaitan dengan status kesehatan kita. Tanya jawab tersebut dalam kesehatan disebut Anamnesa. Hal ini biasanya dilakukan sebelum pemeriksaan secara fisik, dan untuk kros cek keluhan dan kenyataan kondisi fisik yang diperiksa. Misalnya pasien mengatakan hamil, tidak menstruasi, itu adalah anamnesa. Untuk kros cek selanjutknya akan dilakukan pemeriksaan fisik maupun penunjangng. Nah Anamnesa ini bisa dari pasien langsung dan juga bisa dari keluarga pasien. Beberapa contoh tanya jawab seperti berikut. " Ada alergi obat tidak? Nama obatnya apa?" Rata- rata jawaban yang diberikan bila pernah alergi adalah. "Iya sih pernah alergi tapi lupa apa nama obatnya" Tampaknya pertanyaan ini sepele dan dianggap para pasien sebagai tanya jawab rutin. Padahal anamnesa atau tanya jawab ini sangat penting sekali untuk penentuan terapi dan tindakan medis yang akan diberikan dokter. Anamnese atau tanya jawab awal tentang riwayat alergi ini juga akan sangat membantu paramedis mengumpulkan data kesehatan yang lalu dari pasien. Data riwayat alergi Tentang alergi ini yang perlu diingat sebagai catatan pribadi pasien adalah, nama obat, apa reaksi yang ditimbulkan saat mendapat pengobatan tersebut. Catatan ini berguna untuk mennghindari kejadian alergi obat berulang hanya karena pasien lupa nama dan jenis obat. Bila obat sejenis injeksi atau suntikan bisa dilakukan test dulu melalui injeksi di kulit ( skin test ). Pada kasus suatu obat yang akan diberikan adalah obat tablet atau sirup tentu tidak bisa dilakukan test lebih dahulu. Beda nama obat belum tentu aman, karena ada obat - obat yang dalam golongan antibiotik atau anti nyeri tertentu yang beredar dengan nama dagang berbeda - beda meskipun isi golongan obatnya sama. Golongan darah Selain ditanyakan alergi juga akan ditanya golongan darah. Ini adalah pertanyaan standar, dimana setiap orang pasti golongan darah tidak akan berubah dengan satu kali periksa. Sayang sekali hanya beberapa orang saja yang hapal dan membawa kartu golongan darahnya di dompet atau buku sakunya. Kartu golongan darah sebaiknya dibawa kemanapun berada, sehingga sewaktu - waktu dibutuhkan kita dapat dengan mudah menyebutkan. Pernah suatu ketika seorang bapak bersikeras golongan darahnya B, tetapi akhirnya ia bilang ragu- ragu. "Eh lupa suster, AB atau B ya, saya sudah lama tidak ingat hasil pemeriksaan" Walaupun bisa saja diperiksa ulang namun alangkah baiknya bila kartu golongan darah ini ditempatkan sejajar dengan KTP. Syukur - syukur bila di KTP dan SIM tercantum golongan darahnya. Riwayat penyakit yang dimiliki. Nah ini termasuk salah satu kendala paramedis saat melakukan anamnesa atau pendataan awal ketika pasien masuk rumah sakit. Misalnya pasien masuk dengan kecelakaan. Ditanya oleh perawat. "Ada riwayat penyakit apa saja pak?" " Tidak ada suster, sehat - sehat saja, kalau tidak kecelakaan saya juga tidak mau opname" Ternyata ketika diberikan obat tertentu pasien mengalami komplikasi serius bahkan hingga merusak bagian organ tubuh lainnya. Tujuan paramedis menanyakan riwayat penyakit ini bukan tanpa tujuan. Penting untuk mengetahui rencana perawatan yang harus dilakukan selanjutnya dan melaporkan kepada dokter informasi tentang kondisi pasien sebagai data dasar awal dalam catatan rekam medis. Pemberian obat - obatan tertentu, ada yang namanya kontraindikasi ( tidak boleh diberikan pada seseorang dengan riwayat penyakit atau kondisi tertentu ) dan efek samping. Sebaiknya pasien menyampaikan semua keluhan, riwayat penyakit yang lalu sebelum dilakukan pemeriksaan secara fisik dengan alat misalnya pengukuran tekanan darah, suhu, pemeriksaan laboratorium, ECG, USG dan Rontgen. Seharusnya pengobatan diberikan setelah data lengkap melalui pemeriksaan laboratorium dan sebagainya. Perlu diketahui, ada beberapa terapi yang sifatnya penting dan darurat untuk segera diberikan sebelum hasil data penunjang dari alat - alat canggih tersebut ada. Oleh sebab itu untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat pengobatan darurat, maka pasien harus jujur menjawab semua pertanyaan saat anamnesa dengan paramedis. Bila pasien menyebutkan dengan jujur riwayat penyakit yang diderita sebelumnya, misal penyakit jantung, penyakit hepatitis, kelainan ginjal, bahkan penyakit kelamin menular, tentu akan dapat menunjang ketepatan pengobatan yang akan diberikan dokter. Jangan kuatir semua hasil wawancara itu tidak akan disebarkan kemana - mana, aman tersimpan dalam atatan data rekam medis. Alasan lain yang pernah dikemukakan para pasien saat ditanya riwayat penyakit antara lain berikut ini, "Nanti ketahuan saya sakit macam- macam malah opnamenya tambah lama dan banyak pemeriksaan biaya membengkak, jadi saya rahasiakan saja bahwa dulu pernah sakit " Pemeriksaan penyakit selama opname tentu saja tidak dilakukan tanpa pertimbangan dan indikasi medis. Bila memang pemberian terapi tertentu dianggap beresiko mengingat riwayat penyakit yang diderita sebelumnya maka pemeriksaan tentu akan dilakukan. Singkirkan kekuatiran bahwa opname akan bertambah lama jika semua riwayat penyakit berat disebutkan. Namun demikian tetap perlu disampaikan riwayat penyakit dan riwayat operasi yang lalu. Demikian sedikit informasi agar dipahami para pasien dan juga ibu hamil. Pentingnya anamnesa ini karena pelayanan medis sangat rentan terhadap tuntutan hukum. Mari cegah kesalahan terapi dengan saling membantu saat anamnesa awal dengan data yang akurat agar proses pemberian terapi tepat sesuai standar prosedur operasional yang ditentukan. Salam Hangat Bidan Romana Tari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H