Banyak sahabat yang bertanya- tanya, saya ini sebenarnya berdomisili dimana sih? Banyak tempat dan bahasa daerah yang tahu meskipun sedikit- sedikit he he he. Itulah untungnya jadi bidan. Melayani banyak orang bermacam- macam suku dan bahasa. Kebetulan bidan seperti saya "Kantornya" pindah - pindah sesuai kebutuhan Yayasan Rumah sakit tempat bekerja.
Jika semua orang bercerita tentang meja kantor, saya cuma senyam- senyum saja. Lha memang tidak bermeja. Maksudnya datang bekerja tak pernah duduk manis di belakang meja kantor. Masuk ruang bersalin langsung kaki bergerak ke sana- kemari. Kalau sampai bu bidan duduk di balik meja, itu tanda berarti bu bidan pasienya sedang sepi he he he. Atau kemungkinan lain sedang memberikan konseling Keluarga Berencana atau melayani posyandu dan duduk di antara meja 1 sampai meja lima.
Oya pernah teman facebook ada yang bilang saya menulis kesehatan pasti bidan yang kerja di kantor, bisa online dan hanya teori melulu tidak pernah lagi ke lapangan. Tidak apa hehehe... Asal tahu saja saya tiap hari juga kerja shift pagi, siang, malam dan beberapa kegiatan lain di luar tugas. Di Rumah sakit khusus bertugas melayani pasien, tidak menulis online. Jadi jika libur tugas dan bila ada waktu baru saya usahakan menulis kesehatan di Kompasiana untuk berbagi.
Pernah membayangkan tempat tugas bidan? Saya beri gambaran sedikit dulu. Bidan ada banyak peluang tempat bekerja, ada yang buka praktek sendiri atau disebut BPS ( Bidan Praktek Swasta ), ada yang bekerja di Rumah sakit, ada yang di bidang Pendidikan sebagai Dosen, ada yang bertugas di Dinas kesehatan dan instansi terkait yang memerlukan tenaga kebidananan.
Saya bekerja di Rumah Sakit Swasta. Sudah berapa lama jadi bidan? Lumayan baru, ya kira kira baru 15 tahun dan sebelumnya saya adalah perawat selama 4 tahun. Lalu bertempat tugasnya dimana sebenarnya kog kadang di Malang, di Lombok, di Palembang , Surabaya? ini bidan asli atau aspal ? hehehehe
Bidan asli. Berijasah resmi dan anggota dari Ikatan Bidan Indonesia. Nah kapan - kapan saya ceritakan apa itu Ikatan Bidan Indonesia. Tempat tugas, saya pernah di Sumatera selatan tepatnya di Palembang selama tiga tahun dan selebihnya di Jawa Timur dan sekitarnya lima belas tahun terakhir ini. Tugas di Nusa Tenggara Barat juga pernah. Konsekwensi saya sebagai karyawan Rumah Sakit Swasta kadang ditugaskan sewaktu - waktu ke tempat cabang. Seperti Tentara saya tidak boleh menolak tugas dan malah senang .
Lho kog bisa? Bayangkan saja saya tidak pernah bercita - cita berekreasi ke pulau Lombok yang eksotis itu. Eh tiba - tiba saat saya sedang bertugas, direktur menelpon saat itu juga saya harus berkemas di kirim ke Lombok. Ternyata bidan yang tugas di sana sakit, sedangkan ada pasien mau melahirkan anak ke tiga sudah pembukaan 4 cm.
Nah lho, akhirnya saya yang sudah terbiasa tugas mendadak ya langsung berangkat saja diantar ke Bandara Juanda. Sampai bandara Selaparang, di sana sudah dijemput ambulan rumah sakit S.A di Karang Ujung Ampenan. Saya langsung segera mandi, ganti pakaian. Belum sempat minum teh, ealah pasiennya sudah mau melahirkan hehehehe. Malah datang beruntun tiga pasien baru datang mau melahirkan juga. Meskipun letih namun terhapus dengan nikmatnya sepiring plecing kangkung dan sate ikan di pantai Ampenan yang hanya berjarak 10 menit jalan kaki. Bisa juga ke Senggigi menikmati indahnya hamparan pasir putih dan deburan ombak pantainya.
Banyak pengalaman seru di sana, oya pernah melayani pasien suku Sasak asli melahirkan di rumah sakit S.A dan sempat perdarahan. Waduh dirubung orang kampung kerabat mereka yang antar hehehehe, untung selamat pasiennya. Lega deh. Ketika saya mau pulang ke Jawa dapat ucapan terimakasih patung asli dari salah satu pasien suku Sasak dan berbagai oleh- oleh yang akkhirnya saya tinggal di asrama karena over bagasi hehehehe. Pernah juga menolong ibu melahirkan seorang guru di Mataram dan ari - arinya ( plasenta ) sulit lahir, bayinya prematur juga. Bidan hanya saya sendirian. Untung akhirnya ibu dan bayi selamat. Kekuatan saya bila sedang sendirian bertugas hanya doa, saya dan ilmu bukanlah apa - apa dibanding kekuasaan Tuhan.
Saya juga pernah tugas di Batu,Klinik M. R , tahun 2005. Pernah semalaman suntuk saya menolong melahirkan lima pasien. Tiba dini hari pukul 01:00 Wib, ada pasien baru lagi akan melahirkan. Hamil anak pertama letak lintang dan saya lihat tangannya bekas infus semua. Kesimpulan saya pasti pasien ini minta pulang paksa dari rumah sakit. Saat saya periksa memang sudah jelas posisi bayi letak lintang, maka saya merayu pasiennya agar mau saya antar lagi ke Rumah sakit di Malang. Eh si pasien tetap nekad duduk ndeprok di kaki saya memohon - mohon jangan dikirim ke rumah sakit. Di sisi lain dilema bagi saya karena persalinan untuk bidan hanya boleh yang normal saja.
Saya sudah menjelaskan tentang seluruh resiko yang terjadi pada persalinan dengan kelainan letak dan mengapa harus operasi Caesar. Tetapi dengan menangis dia tetap tidak mau, pokoknya mau tidur di Klinik kami semalam. Dia hanya punya uang Rp 600 ribu rupiah. Padahal biaya operasi sekitar 6 juta rupiah. Sebagai buruh Tani dia tidak punya biaya. Saya ijinkan menginap malam itu. Di kamar saya berdoa semoga ada mukjizat Tuhan untuk ibu miskin itu. Saya juga minta suaminya sembahyang dan berzikir. Keputusan akan kami bicarakan besok paginya. Ketika itu belum ada Jampersal.