[caption id="attachment_167373" align="aligncenter" width="596" caption="dok. LP Narkotika Yogyakarta"][/caption] Manusia ibarat sebuah bejana tanah liat yang rapuh dan mudah retak. Jatuh dan retak, itulah yang sedang dialami para penghuni Lembaga Pemasyarakatan( LP ) Narkotika Kelas II-A Yogyakarta. Mereka adalah sekelumit potret kehidupan dari para korban kenikmatan duniawi. Tak cukup hanya sebuah penyesalan, lalu jatuh dan jatuh lagi pada kesalahan yang sama, butuh tekad dan niat ihklas untuk perubahan yang radikal, berani mempertanggungjawabkan perbuatan dan berjuang untuk dapat kembali pada jalan kehidupan yang benar. Jika kita ke Yogyakarta, maka di daerah Pakem tepatnya di jalan Kaliurang km 17 Kabupaten Sleman Yogyakarta, kita akan menjumpai sebuah bangunan Lembaga pemasyarakatan yang megah dan sangat ketat dijaga, tembok beton dan jerujinya tinggi- tinggi. Lapas Narkotika ini didirikan diatas tanah Sultan seluas 30.170 M2 dan luas bangunan 8.579,46 M2 merupakan tempat pembinaan para terpidana kasus Narkotika dan menjadi LP Narkotika percontohan di Indonesia. Bangunan yang didirikan sejak 2006 ini diresmikan pada 28 April 2009 oleh Menteri Hukum dan HAM. Lembaga pemasyarakatan ini khusus untuk para terpidana kasus Narkotika. Mereka dibina untuk menyadari kesalahan dan memperbaiki diri, agar kelak dapat diterima kembali di tengah masyarakat, hidup secara wajar sebagai warga negara Indonesia yang bertanggungjawab. Masuk ke LP Narkotika kelas II- A Yogyakarta, kita akan melewati beberapa pintu dan pemeriksaan oleh para penjaga, tas, ransel dan kamera tidak bisa dibawa masuk. Semua kita titipkan di loker pengunjung. Pengunjung diperiksa kartu identitas dan masuk ke lingkungan LP jaket harus dilepas. Semua ini untuk menghindari kebocoran penyelundupan Narkotika di dalam LP. Kunjungan keluarga juga sangat ketat. Ada saatnya mereka harus cukup berlega hati menengok melalui kaca atau di balik strimin kawat untuk melepas rindu. Namun demikian ada pula sesekali kesempatan untuk berjumpa langsung dalam ruang kunjungan dengan pengawasan petugas. Waktu kunjungan keluarga boleh dilakukan selain hari Selasa dan Jumat. Sebuah bukti hasil kedisiplinan dalam mencegah kebocoran penjagaan, saat Desember 2011 lalu diadakan sidak dari kepolisian Yogyakarta dan tidak ditemukan adanya penyusupan narkoba dalam lapas.
Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II -A Yogyakarta ini dibangun untuk merangkul para terpidana kasus Narkotika dalam sebuah rumah pembinaan khusus. Selama ini LP Narkotika Yogyakarta banyak menerima kiriman WBP khusus kasus Narkotika dari lapas Wates, Cebongan dan Wonosari Yogyakarta dan sekitar Jawa tengah. Ibaratnya, lebih mudah bagi para pengrajin gerabah membuat bejana tanah liat yang baru daripada membentuk ulang bejana tanah liat yang sudah pecah berkeping- keping. Perlu ketelatenan, dengan hati, dan tingkat kedisiplinan yang tinggi agar bejana tersebut dapat berarti kembali. Itulah yang senantiasa dilakukan para pembina Lapas Narkotika ini, menyusun ulang mozaik harapan dan masa depan para korban narkoba yang sempat hancur berkeping keping. Mari kita lihat bagaimanakah potret kehidupan para penghuni LP Narkotika kelas II -A Yogyakarta ini yang megah ini. LP Narkotika Kelas II-A Yogyakarta dibangun 2 lantai, terdiri dari beberapa gedung dan 5 pavilyun yakni pavilyun Anggrek, Bougenvile dan Cempaka untuk warga binaan pemasyarakatan ( selanjutnya disingkat WBP = menggantikan istilah napi ) dewasa, lalu pavilyun Dahlia untuk WBP anak dan pavilyun Edelwise untuk WBP perempuan. LP yang memiliki kapasitas penghuni 447 orang ini pada saat ini terdapat 261 WBP, 14 diantaranya adalah WBP perempuan. Usia mereka yang berada dalam LP ini termuda adalah 18 tahun ada dua orang . Uniknya mereka dibuat berkelompok dengan jumlah ganjil, misalnya 3, 5, 7, 9 dan seterusnya. Tujuannya agar tidak terjadi "kong kalikong " atau kerjasama jika ganjil tentu ada pengontrolnya tidak selalu bisa kompak. Oya WBP yang ada di sini tidak hanya warga Yogyakarta tetapi mereka yang tertangkap kasus Narkotika dan berada di wilayah Yogyakarta. Bahkan juga ada warga negara asing. Bapak Moch. Muhidin Bc. IP. SH selaku KASI BINADIK Lapas menjelaskan bahwa para WBP yang berada di sini adalah mereka yang telah melewati proses pemeriksaan dari Polisi- Pengadilan- Kejaksaan dan berakhir di LP Narkotika ini. Ada dua macam pembinaan yakni pembinaan kepribadian dan pembinaan Ketrampilan.
Pembinaan kepribadian ini antaralain adalah kegiatan beribadah, ada fasilitas untuk masjid, dan secara terjadwal ada pembimbing rohani dari Depag untuk LP. Gereja dan Vihara juga ada di lingkungan LP.
Hak untuk beribadah ini menjadi jaminan untuk perawatan sisi rohani dan membantu dalam pengembangan kepribadian para WBP. Pada perayaan hari besar agama mereka juga mengadakan kegiatan keagamaan sama seperti di lingkungan masyarakat di luar LP. Menerima kunjungan keluarga di ruangan yang difasilitasi oleh LP.
Criminon, juga merupakan salah satu kegiatan untuk pembinaan kepribadian para WBP. Hal ini sangat penting karena para terpidana kasus Narkotika mengalami krisis keterasingan, krisis percaya diri, krisis untuk kemampuan adaptasi dengan lingkungan dan sulit berkomunikasi secara terbuka. Dalam kegiatan criminon ini para WBP belajar banyak hal baik itu pengembangan mental yang positif, self healing, mencurahkan isi hati dalam tulisan dan share pengalaman, mendapat bimbingan bagaimana berperilaku positif di tengah masyarakat, mengatasi rasa minder dan sebagainya. Kegiatan pagi hari setelah mereka mandi dan sebelum beraktifitas, setiap pavilyun mendapat pendampingan dari petugas LP untuk sesi TC atau Terapeutic Comunication. Saat TC pagi ini setiap pribadi mendapat kesempatan " curhat" atau share pengalaman suka dan duka sehari yang telah mereka lalui kemarin , apa yang menjadi kesulitan dan dibantu mencari solusinya. Dengan demikian masalah tidak bertumpuk- tumpuk dan menjadi semakin tertekan, Share atau TC ini sangat menyehatkan mental dan emosional para WBP. Untuk makan pagi, siang dan sore, Ibu - ibu petugas LP meracik bumbu di dapur dan para WBP memasaknya, makanan dikemas dalam tempat khusus dan di antar ke tiap tiap pavilyun oleh petugas piket. Usai makan pagi ada yang mencuci pakaian, menjemur kasur dan kegiatan rutin sesuai piket masing- masing. Ada yang melanjutkan dengan menyalurkan hobinya, seperti yang kami saksikan di dalam LP ternyata hobi memelihara burung berkicau juga lumayan banyak, pagi - pagi mereka asyik bersiul -siul menikmati kicauan burung.
Sore hari juga ada kegiatan, antaralain olahraga futsal, tenis meja, senam , bulutangkis, catur, voli dan sebagainya. Untuk mengisi kegiatan pembinaan ketrampilan, LP Narkotika Yogyakarta ini memfasilitasi para WBP dengan berbagai kegiatan yang bermanfaat sebagai bekal bila mereka keluar dari pembinaan. Ada ketrampilan mengelas, pertukangan kayu, membuat spring bed dan sebagainya. Kegiatan ini selain sebagai asah ketrampilan juga kesibukan akan mengalihkan keinginan mereka menggunakan obat Narkotika, jadi kegiatan dibuat sepadat mungkin, saat lelah mereka beristirahat.
Nah yang punya hobi salon bisa juga dikembangkan disini dan saling melatih antar WBP, bertukar ketrampilan dan pemberdayaan sesama WBP. Bila perlu mereka juga mendatangkan profesional dibidang salon untuk melatih para WBP ini. Ada juga kreatifitas membuat batako bangunan, berkebun, beternak ikan dan sebagainya.
Sayur mayur dan ikan hasil kebun sendiri dan telah siap panen ini dapat mereka nikmati juga. Begitupula kolam ikan dengan aneka macam jenis ikan yang dipelihara. Selain menjadi sarana rekreasi mereka juga bisa memanen ikan dari kolam milik sendiri.
Ketrampilan menjahit dan desain busana juga ada di sini, lalu usaha loundry.
Foto di atas adalah salah satu lukisan hasil kreatifitas seni anak LP Narkotika Kelas II-A Yogyakarta, bagus juga ya, untuk yang hobi menyanyi juga disediakan, ada alat musik untuk menghibur para WBP, menyanyi juga menjadi sarana untuk menghibur hati dan menghilangkan ketegangan pikiran.
Para WBP tentu saja sangat rawan terhadap HIV maka dari itu di dalam lapas juga tersedia poliklinik, untuk penanganan kasus kasus penyakit yang dialami para WBP, juga bila ada yang mendapat terapi penurunan dosis akibat ketergantungan obat. Ada juga konselor VCT.
Foto diatas adalah profil para Pembina WBP LAPAS Narkotika kelas II-A Yogyakarta. Pimpinan LP saat ini adalah Bapak Thomas S.Sos M.H. Dari lereng gunung Merapi mereka para pembina berjuang dengan ketulusan hati mendampingi para terpidana kasus Narkotika. Semoga WBP sebagai mozaik- mozaik bejana tanah liat yang pernah jatuh dan retak lalu dibentuk ulang di dalam LP ini kelak dapat berguna sebagai bekal hidup di tengah masyarakat. Dukungan keluarga dan masyarakat untuk tetap mengawasi dan memantau serta menerima mereka sangat menentukan masa depan generasi bangsa ini.
Penghuni LAPAS Narkotika Kelas II-A Yogyakarta ini juga mendapat kesempatan untuk Remisi atau pengurangan masa tahanan bila selama dalam LP mereka berkelakuan baik sesuai pasal 1 ayat 1 Kepres RI no.174 tahun 1999. Selamat jalan sahabat, bila kebebasan itu menjadi milikmu hari ini, maka milikilah itu sebagai kesempatan untuk berprestasi. Meskipun engkau adalah bejana tanah liat jangan menjatuhkan dirimu dalam dosa dan kesalahan yang sama lagi. Ingat narkoba itu mematikan, merenggut banyak nyawa dan menghilangkan kesempatan emas generasi bangsa untuk berprestasi. Narkoba NO! Prestasi YES! Salam hangat Bidan Romana Tari Foto; dokumen LP Narkotika Yogyakarta saran bacaan;
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H