Lihat ke Halaman Asli

Rina Pebriana

Sang Buruh Aksara

Beduk

Diperbarui: 9 September 2019   19:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

merdeka.com

by Rin'S

Banjir keringat sejak pagi
Siang masih bernafas
Kala senja sudah terkuras
Mulut pahit megap-megap
Tubuh lunglai terbantai tilam
Menghitung detak jam
Menanti petang berganti malam

Fatamorgana membayang-bayangi
Memudarkan pesona kekasih hati
Marjan lebih indah dibanding sang Arjuna
Ketika harus memilih ....
Maaf, diri sendiri lebih berarti

Kucecap air manis berwarna
Sejak denting pertama berbunyi

Dahaga terbayar lunas


Kutengok wajah Ibu
Mengapa bukan suara bertalu-talu yang menggema?
Hanya mendesah jawaban Ibu

Kemana suara itu?
Masihkah lagi terdengar bunyinya?
Masih kawan
Tatkala perayaan dan kemeriahan
Bukan lima waktu

Aih!
Rindu pada suara beduk
Tinggal fosil penanda zaman
Selamat jalan masa lalu

Barabai, Kab. Hulu Sungai Tengah

Senin, 09 September 2019 M / 10 Muharram 1441 H

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline