Lihat ke Halaman Asli

Bibi Young

Ibu Rumah Tangga

Kantong Tebal Negeri Pasca Pandemi

Diperbarui: 16 November 2020   15:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

liputan6.com

Ternyata ada kabar lain yang memberi kita napas panjang selain telah ditemukannya vaksin Covid19, yakni dari sektor perekonomian. Mulai hari ini sebuah pintu perdagangan telah kita buka yang menyajikan lebih dari seperempat pasar dunia. Artinya kran ekspor kita akan semakin lancar mengalir dan secara otomatis memicu pertumbuhan perekonomian negeri ini.

Sepengetahuan saya, salah satu sektor paling ramai di tengah pandemi ini adalah sektor digital. Ketika sektor lain terpuruk, platform-platform digital justru meningkat sekian kali lipat trafiknya. Dari media sosial, ruang jejaring virtual sampai platform penjualan online. Selain digunakan sebagai media kampanye penerapan protokol kesehatan, semua media itu juga dimanfaatkan untuk dunia pendidikan dan perekonomian (jualan).

Tidak berlebihan memang jika saat ini banyak yang menyebut sektor UMKM jadi primadona di tengah corona. Di tengah kondisi yang serba dibatasi, masyarakat justru banyak melahirkan kreasi. Dari yang usahanya sudah mapan sampai yang baru melalui tahap percobaan. Dengan asumsi itu, produksi dalam negeri tetap berjalan bahkan mengalami peningkatan.

Semangat produktif ini memang sangat menggembirakan. Bukan hanya di sektor UMKM, produktivitas yang tinggi ternyata juga dialami sektor pertanian serta beberapa sektor lain termasuk migas. Tapi jangan sampai produksi ini tidak teralirkan karena pemerintah tidak bisa membuka jalan jualan, khususnya di pasar internasional.

Mungkin Presiden Joko Widodo menyadari kondisi itu dan tidak ingin momentnya lewat begitu saja. Karena kondisi seperti ini tidak mesti bakal terjadi seabad sekali. Artinya, diplomasi perdagangan kita mesti bergerak cepat. 

Untungnya kita tidak memiliki sentimen negatif dengan negara manapun. Hasilnya? Deal, hari ini Regional Comprehensive Economic Partnership atau Kerja Sama Ekonomi Komprehensif Regional diteken seluruh negara ASEAN ditambah Cina, Jepang dan Korea! Lho, kenapa tidak seluruh dunia sekalian? Dari kelamaan dan tidak ada kejelasan, menggarap pangsa regional memang lebih menguntungkan. Terlebih kawasan RCEP menyimpan 29,6 penduduk dunia dan 32 persen PDB dunia. Ini pasar yang sangat besar dan sangat potensial.

Kita memang patut bersyukur memiliki Menteri Perdagangan yang apik dalam berdiplomasi dagang, layaknya Menteri Luar Negeri yang memang piawai berdiplomasi. Memang kabar dari kementerian ini tidak terlalu asyik dikonsumsi publik. Karena kebiasaan dari dulu, kementerian ini hanya mengabarkan naik turunnya sembako, impor gula, beras dll tapi melupakan kerja-kerja produktif yang meningkatkan neraca perdagangan. Jika dulu yang dititik beratkan adalah soal konsumsi sekarang dibalik all about produksi. Bahkan dibukanya RCEP itu membuka peluang lebar peningkatan ekspor dari 8 sampai 11 persen.

Artinya jika kepercayaan di tingkat regional pada negara kita naik, peningkatan perekonomian negara kita akan semakin terungkit. Karena pasti dunia internasional juga menaruh kepercayaan itu pada kita. Kita doakan saja semua lembaga yang terlibat dalam misi ekspansi dagang ini konsisten dan tidak tergoda rayuan "preman pelabuhan". Jika mereka kerja untuk rakyat, maka rakyatlah yang akan melindungi kerjanya. Ayo kerja kerja kerja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline