“If you want to build a ship, don't drum up the men to gather wood, divide the work, and give orders. Instead, teach them to yearn for the vast and endless sea.” Antoine de Saint-Exupéry
Dalam harian DetikNews (08/02/2014) diberitakan bahwa peringkat kualitas pendidikan Indonesia berada diposisi dua terbawah dari 65 negara, berdasarkan lembaga Programmme for International Student Assessment (PISA). PISA adalah studi internasional tentang prestasi literasi membaca, matematika, dan sains siswa sekolah berusia 15 tahun. Menurut situs Kemendikbud, cara pengambilan data yang dilakukan oleh lembaga tersebut adalah memberikan buku tes kepada siswa yang akan dikerjakan selama 120 menit. Kenyataan yang pahit, ternyata hanya 1% dari 7000-8000, yang berarti hanya 70-80 siswa, yang bisa menjawab soal yang diberikan. Berikut adalah contoh soal tersebut.
Maka pertanyaannya adalah mengapa siswa-siswi tidak bisa menjawab soal di atas? Sebagian dari kita mungkin dapat menjawab soal di atas. Namun juga sebagian dari kita bingung dan yang terlintas di pikiran kita seperti "Duh, ini soal apaan yah. Baru lihat soal aneh begini. Ngerjainnya pake rumus apa yah? Duh gak tau rumusnya nih. Gak pernah diajarin di kelas, gak pernah dikasih tau rumus dan triknya sama guru di kelas." Tidak dipungkiri bahwa selama kita di sekolah, banyak sekali rumus-rumus matematika yang harus kita hapal. Bahkan di ujian semester, Ujian Nasional yang kita lakukan hanya memasukkan rumus-rumus yang sudah dihapal. Seolah-olah semua persoalan matematika itu bisa diselesaikan dengan tahu rumusnya dan semua data yang ada tinggal dimasukkan ke dalam rumus dan kita bisa mendapat hasilnya. Padahal, esensi dari matematika itu sebagai abstract modelling untuk melatih logika berpikir yang tepat. Bisa dibilang, sistem pendidikan (dari mulai cara mengajar sampai kualitas soal) yang diajarkan di sekolah pada umumnya - secara tidak langsung membuat siswanya dilatih untuk menghapal pola soal dan mengandalkan rumus, bukan memahami konsep yang dipelajari. Tragis. Sepatutnya soal-soal latihan yang ada di buku atau ujian-ujian semester yang diberikan kepada siswa tidak saja hanya memasukkan data ke rumus, namun juga soal yang mengharuskan siswa mengerti penerapan rumus tersebut ke dalam kehidupan sehari-hari. Lalu para guru pun harus mengajar kepada siswa konsep materi tersebut dan penerapannya. Kalau bisa, cara pengajarannya harus kreatif. Jangan lewat tatap muka dan bicara, namun juga dalam praktek atau pergi ke museum IPTEK, agar siswa dapat mencerna ilmu tersebut lebih baik lagi. Menurut Mohammad Nuh, salah satu alasan perbaikan atau perombakan kurikulum menjadi Kurikulum 2013 karena hasil survei PISA. Kita berharap bahwa dengan diberlakukannya Kurikulum 2013 ini dapat meningkatkan kemampuan siswa-siswi Indonesia dalam berpikir secara logika bukan saja hanya menghapal rumus. Source: https://www.zenius.net/blog/3551/masalah-pendidikan-indonesia-pisa-2012 http://news.detik.com/read/2014/02/08/153124/2491125/10/2/ri-terendah-di-pisa-wna-indonesian-kids-dont-know-how-stupid-they-are http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/survei-internasional-pisa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H