Sejak terjadinya penyebaran Covid – 19 pada awal tahun 2020, setiap kegiatan diluar rumah mulai dibatasi sehingga seluruh pekerjaan dan pembelajaran dilakukan di rumah. Hal ini disebabkan karena adanya kebijakan pemerintah agar virus ini tidak semakin menyebar. Maka sejak Maret 2020 Work From Home dan Belajar Daring mulai diberlakukan. Dengan berkurangnya interaksi secara langsung antar satu orang dengan yang lainnya sehingga semua dilakukan melalui aplikasi video conference.
Selain pembatasan yang dilakukan untuk mencegah penyebaran Covid – 19 yang bertujuan untuk menjaga kesehatan masyarakat, ternyata gangguan kesehatan timbul dari sisi yang lain yaitu dari kegiatan – kegiatan yang dilakukan di rumah.
Banyaknya kegiatan secara daring yang terus menerus menyebabkan kurangnya waktu istirahat. Dimana kegiatan yang tidak membutuhkan perpindahan lokasi menyebabkan tidak adanya jarak waktu pelaksanaan.
Hal ini sering sekali dirasakan oleh pelajar, mahasiswa, bahkan para pekerja. Saat sebelum pandemi setiap kegiatan memiliki jam pasti, seperti contohnya bekerja yang ditetapkan waktunya dari jam 7 pagi hingga 5 sore, namun sekarang setelah pekerjaan dilakukan di rumah mungkin waktu bekerja bisa saja dilakukan diluar jam tersebut bahkan dapat dilakukan dimalam hari. Inilah yang menyebabkan kesehatan menurun karena tingkat produktifitas yang meningkat. Berikut beberapa gangguan kesehatan yang terjadi karena Work From Home dan Belajar secara Daring.
- Mudah mengalami sakit kepala. Tanpa disadari karena seringnya melakukan kegiatan secara online dan terus berhubungan dengan teknologi membuat tubuh mudah sekali teradiasi oleh barang elektronik disekitar. Hal ini merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya sakit kepala yang sering sekali terjadi pada pelajar dan pekerja saat melakukan aktivitasnya di rumah.
- Gangguan penglihatan dan mata yang lesu. Seringnya penggunaan gadget membuat mata harus terus terkena sinar dari gadget tersebut, sehingga mampu menyebabkan gangguan penglihatan yang membuat pelajar atau pekerja menggunakan kaca mata untuk memperjelas penglihatan. Tidak hanya itu karena kurangnya waktu istirahat membuat mata terlihat lesu dan timbulnya warna gelap pada bagian bawah mata.
- Dehidrasi. Hal ini terjadi karena terkadang lupa untuk minum disaat melakukan kegiatan – kegiatan daring, maka membuat tubuh kekurangan kandungan air dan mudah sekali merasa lelah.
- Insomnia. Gangguan pada tidur banyak sekali dirasakan oleh masyarakat saat ini. Dimana pekerjaan, tugas sekolah, dan kegiatan lainnya memaksa diri untuk menyelesaikannya pada saat malam hari. Hal ini terjadi karena adanya tuntutan untuk melakukan kegiatan dari pagi hingga sore hari untuk berinteraksi dan malam hari untuk menyelesaikan pekerjaan tambahan yang diberikan.
- Sakit pinggang. Karena banyaknya waktu yang dihabiskan pada posisi yang sama yaitu duduk. Menyebabkan kurangnya perenggangan pada tubuh sehingga menyebabkan bagian tubuh merasa pegal dan nyeri pada bagian pinggang.
Selain gangguan secara fisik, pada kenyataannya banyak sekali kondisi mental masyarakat yang terganggu karena produktivitas yang dilakukan hanya dari rumah.
Kurangnya interaksi dengan orang lain membuat kurangnya juga tempat untuk mengekspresikan diri dan beristirahat dari aktivitas yang dilakukan.
Dimana sebelum adanya pandemi Covid – 19 semuanya bisa menghabiskan waktu diluar untuk berjalan – jalan, namun sekarang hal itu sangat sulit untuk dilakukan karena adanya pembatasan yang diberikan pemerintah.
Berdasarkan catatan Komisi Perlindungan Anak Indonesia, stress dirasakan sejumlah pelajar selama berlangsungnya Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) bahkan pada kasus – kasus ekstrem depresi pada anak dapat berujung pada kasus bunuh diri.
Tidak hanya itu mudah merasakan kesedihan, ketakutan yang berlebih, mudah marah, dan tidak dapat mengendalikan emosi diri sendiri sering juga dirasakan oleh banyak orang salah satunya mahasiswa.
Banyaknya tuntutan yang harus dilakukan tiap harinya dan berkurangnya ruang gerak membuat mahasiswa merasa tertekan dan akhirnya tidak dapat mengendalikan diri.