Kepemimpinan merupakan sifat atau karakter yang mampu mempengaruhi orang lain untuk mengikuti perintahnya atau melaksanakan apa yang dimintanya. Pemimpin yang memiliki kapasitas seperti pengertian tersebut banyak di Indonesia, baik di eksekutif maupun legislatif, sehingga dengan kapasitas seperti itu bisa terpilih dalam proses pemilihan umum. Hal ini disampaikan oleh Prof. Edy Suandi Hamid, M.Ec. yang merupakan Rektor Universitas Widya Mataram (UWM) dalam Diskusi terbatas dengan topik "Leadership: Dari Berbagai Sudut Pandang" yang diselenggarakan di ALRA Corner Yogyakarta pada Jumat (22/03/2024). Acara ini turut dihadiri oleh Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Harmawan, S.E., M.M., Tri Saktiyana yang merupakan Plt. Kepala Bappeda DIY, Dr. Dorothea Wahyu Ariani Ekonom Universitas Mercu Buana Yogyakarta, dan Prof. Lincolin Arsyad, Ph.D. yang merupakan Guru Besar Universitas Gadjah Mada (UGM).
"Namun sayangnya kepasitas seperti itu tidak diikuti karakter yang harus dimiliki seorang pemimpin, yakni integritas (kejujuran), komitmen pada tugas dan janji (amanah), dan kompetensi sesuai jabatan yang diembannya. Akibatnya, hasil kepemimpinan seperti itu tidak membawa hasil yang diinginkan sesuai tujuan organisasi, atau bahkan pemerintahan," tambah mantan Ketua Forum Rektor Indonesia ini.
Lebih lanjut, Prof Edy mengemukakan bahwa banyak pemimpin yang karbitan atau didorong karena keturunan atau karena pengaruh uang, sehingga gaya kepemimpinannya seperti "bos", hanya memerintah dan tidak memiliki kapasitas akan tugas dan kurang menghargai anak buah. "Kita ini terlalu banyak bos, tetapi kurang pemimpin. Atau bahasa lainnya: we are too many bosses but too few leaders," tegasnya.
Bangsa ini perlu mencari pemimpin kompeten, berintegritas, dan memiliki komitmen untuk memecahkan persoalan-persoalan bangsa ini. "Kita mengetahui selama ini (pemimpin terpilih) belum sesuai harapan. Kita berharap hasil Pemilu 2024 lebih baik, menghasilkan pemimpin yang lebih menyejahterakan rakyat, dan menurunkan kemiskinan," ungkap mantan Ketua Dewan Pertimbangan Forum Rektor ini.
"Perguruan tinggi harus lebih banyak berperan, lembaga pendidikan kampus tidak bisa di menara gading, sebaliknya kampus harus peduli dengan persoalan-persoalan aktual yang menyangkut kepentingan rakyat dan bangsa ini," pungkasnya.