Wisata scuba diving telah dikenal sebagai salah satu kegiatan rekreasi berdampak rendah yang memiliki potensi besar untuk pelestarian lingkungan dan memberikan manfaat sosial ekonomi bagi masyarakat setempat. Beberapa penelitian telah melakukan penyelidikan terhadap keberlanjutan wisata scuba diving dengan mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial budaya, serta implikasinya terhadap pengembangan pariwisata. Dalam konteks ini, faktor-faktor seperti jumlah penyelam yang terbatas, kehadiran wisatawan lokal yang sebagian besar hanya datang pada musim tertentu, dan kesadaran konservasi yang moderat mempengaruhi potensi segmen wisata selam dalam menghasilkan manfaat sosial ekonomi yang signifikan untuk pembangunan lokal yang berkelanjutan di destinasi-destinasi wisata tersebut.
Meskipun demikian, pembentukan kawasan perlindungan laut (KKL) dapat menjadi langkah yang penting dalam mendorong pengembangan strategi jangka panjang untuk wisata selam scuba. Dengan adanya KKL, kesadaran konservasi dapat ditingkatkan, dan kepuasan penyelam dapat meningkat. KKL juga berperan dalam melindungi ekosistem laut yang sensitif dan menjaga keberlanjutan sumber daya alam yang diperlukan untuk kegiatan wisata selam. Melalui pendekatan ini, pengelolaan dan pelestarian keanekaragaman hayati pesisir dan laut dapat dilakukan secara berkelanjutan, sambil memaksimalkan kualitas pengalaman rekreasi bagi para penyelam.
Dalam mengelola wisata selam scuba secara berkelanjutan, penting untuk mempertimbangkan profil, preferensi, dan motivasi yang beragam dari para penyelam. Hal ini dapat menjadi alat yang efektif dalam mengelola dan melestarikan keanekaragaman hayati pesisir dan laut secara berkelanjutan, sambil memenuhi kebutuhan dan harapan rekreasi para penyelam. Dengan memahami keberagaman ini, pengelola wisata dapat mengembangkan strategi yang tepat untuk mengoptimalkan manfaat ekonomi dan sosial dari wisata selam, sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.
Salah satu strategi berbasis lokasi yang terbukti efektif dalam memajukan sektor penyelaman secara berkelanjutan adalah melalui desain dan penguatan kawasan perlindungan laut. Dengan mendesain KKL yang sesuai dan memperkuat pengawasan serta penegakan regulasi di dalamnya, pengelolaan wisata selam dapat dilakukan dengan lebih baik. Hal ini melibatkan pengaturan jumlah penyelam, perlindungan terhadap ekosistem dan biota laut, serta pemantauan terhadap praktik penyelaman yang bertanggung jawab. Melalui langkah-langkah ini, wisata selam scuba dapat berkontribusi secara positif terhadap pembangunan lokal yang berkelanjutan, sambil menjaga keindahan dan kelestarian lingkungan bawah laut yang menjadi daya tarik utama bagi para penyelam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H