Teori ekonomi konvensional memiliki asumsi bahwa persaingan untuk mendapatkan keuntungan finansial pribadi bagi pemilik perusahaan adalah sesuatu yang positif dan alami. Asumsi ini diyakini mendorong inovasi dan alokasi sumber daya yang efisien. Namun, beberapa akademisi berpendapat bahwa persaingan untuk mendapatkan keuntungan juga dapat memicu eksploitasi sosial dan lingkungan, sehingga menimbulkan ketimpangan dan krisis ekologi. Mereka menegaskan bahwa tujuan ekonomi harus memperhatikan kebutuhan manusia secara adil dengan memperhatikan batas-batas ekologis planet ini. Mereka juga menekankan bahwa uang tidak dapat dijadikan indikator keberhasilan yang baik, karena uang tidak dapat menggantikan nilai alam dan kesejahteraan sosial.
Para peneliti yang berpendapat demikian menegaskan bahwa tujuan utama dari ekonomi seharusnya adalah untuk memenuhi kebutuhan manusia secara adil dengan mempertimbangkan batas-batas ekologis planet ini. Mereka menganggap bahwa persaingan untuk mendapatkan keuntungan finansial harus diimbangi dengan tujuan sosial-ekologis yang adil. Oleh karena itu, keuntungan seharusnya dianggap sebagai alat untuk mencapai tujuan sosial-ekologis, bukan sebagai tujuan akhir. Selain itu, mereka mengkritik penggunaan uang sebagai indikator keberhasilan ekonomi karena uang tidak dapat menggantikan nilai alam dan kesejahteraan sosial yang seharusnya dijaga dan dihargai.
Teori ekonomi institusional, sosial ekonomi ekologi, dan analisis sistem menunjukkan bahwa struktur sistem mempengaruhi perilaku sistem dari waktu ke waktu. Kelembagaan merupakan elemen kunci yang memandu dan membatasi perilaku aktor. Institusi ekonomi yang dominan memiliki implikasi sistem yang luas. Namun, teori ini tidak menjelaskan pemahaman deterministik tentang sebab-akibat. Sebaliknya, bentuk bisnis yang dominan mendorong dinamika tertentu dalam masyarakat karena memandu dan membatasi perilaku aktor dengan cara tertentu.
Menurut teori ekonomi institusional, terdapat agensi untuk bereaksi terhadap institusi di sekitarnya dengan berbagai cara, seperti mematuhi, menolak, atau mengubahnya. Institusi formal, seperti struktur bisnis legal, lebih sulit ditolak atau diubah daripada institusi informal, karena membutuhkan proses hukum formal untuk berubah dan ada konsekuensi hukum jika tidak mematuhi atau menyalahgunakannya. Oleh karena itu, perubahan dalam bentuk bisnis yang dominan membutuhkan perubahan dalam kebijakan dan peraturan formal. Namun, aktor juga dapat mempengaruhi bentuk bisnis melalui tindakan kolektif atau gerakan sosial, serta dengan memanfaatkan celah-celah dalam institusi yang ada untuk menciptakan alternatif yang lebih berkelanjutan dan adil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H