Lihat ke Halaman Asli

Islam Papua; Sebuah 'Propaganda' Asing di tengah Ketidakadilan dan Kemiskinan?

Diperbarui: 18 Juli 2015   05:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perbuatan 'menjijikkan' dari segelintir masyarakat di Tolikara, Papua terhadap umat Islam yang sedang menyelenggarakan ibadah sholat Iedul Fitri tak lepas dari campur tangan 'asing' dengan segala teknik dan taktiknya. Asing telah membentuk sedemikian 'canggih' untuk mewujudkan apa yang memang mereka inginkan dalam konteks 'kerukunan' (beragama) dalam bentuk 'propaganda'. Dan jikapun asing tidak ada campur tangannya secara langsung, maka ideologi mereka telah membantu memberikan 'bensin' dalam menyulut kejadian ini.

Bagaimana membuktikan isu adanya keterkaitannya pihak asing atas tragedi Tolikara, Papua? Jika ingin membenturkan dalam perspektif hukum, ini sangat sulit, karena membutuh alat bukti dan fakta yang empiris dan logik, dan ini bukanlah tugas saya melainkan para penegak hukum di neger ini. Namun jika ingin melihat isu ini dari sudut sosial dan budaya, saya dapat melihat hal ini adalah sebuah keniscayaan.

Secara garis besar, sesungguhnya, kekisruhan dan konflik yang muncul di setiap perbedaan di negeri ini, entah itu suku, ras dana ataupun agama jika hanya terjadi pada tataran lokal tidak akan pernah terjadi secara besar nan masif, kenapa? Ini dikarenakan kearifan lokal (morfologi) di setiap daerah di penjuru nusantara baik di pandang secara sosial dan individu di masing-masing daerah secara potensi tidak mendukung ke arah destruktif secara besar-besaran. Pun di dukung oleh mumpuninya aparat penegak hukum kita, baik Polri maupun TNI dalam menyikapi ini (jika sebuah isu terjadi tanpa adanya campur tangan pihak lain).

Apakah ini hanya sebuah terkaan tanpa dasar? Jika saya belum pernah melihat nusantara dari dekat, bolehlah dikatakan seperti itu, namun ketika saya mencapai hampir ke seluruh provinsi di negeri ini, dari sabang sampai dengan merauke, baik secara langsung maupun digambarkan oleh rekan, buku dan referensi lainnya, 'rasa-rasanya' kok hampir mustahil jika manusia negeri ini dapat berlaku seperti yang digambarkan oleh media saat ini, anarkis, brutal dan penuh rasa kebencian yang sangat di luar batas-batas akal dan kemanusiaan.

Mari kita bangun konstruksi jika tragedi kemanusiaan di Tolikara, Papua jika sebenarnya ini adalah 'ulah' dari pihak 'asing' dan hal ini ada dua alasan, pertama adalah adanya 'isu' sentimen Islam secara mendunia dan atau di negeri yang kebetulan mayoritasnya adalah pemeluk agama Islam. Dan isu yang kedua adalah adanya penciptaan kondisi tertentu demi tercapainya angka kapitalisasi yang diinginkan oleh negera pencipta kerusuhan di negeri ini. Kondisi tertentu di sini bersifat lebih luas, yaitu kekacauannya dapat berupa ekonomi, sosial, budaya dan atau pun agama.

Di sini saya hanya akan mencoba mengulas alasan pertama saja, yaitu adanya 'isu' sentimen anti-Islam yang tidak hanya terjadi di negeri ini, namun juga di dunia secara keseluruhan, adalah sebagai berikut,
1. Jika anda mau 'membaca' kekerasan dan pembantaian yang terjadi pada 'Muslim-Rohingya' yang terjadi baru-baru ini atau'Muslim-di Thailand Selatan', 'Muslim di Philipina', 'Pakistan', 'Sudan', 'Bosnia' dan atau Afghanistan yang semuanya berhubungan dengan Islam, dan lihat respons PBB yang dimotori oleh USA dan sekutunya?, Jika tidak mau dikatakan seolah diam tidak perduli, "Sangat pasif bukan?"

2. Dan mohon dibaca betapa perkasanya PBB jika itu menyangkut 'kepentingan' kapitalis non-Islam? Lihat akibat dari Iraq hingga saat ini dengan 'rekayasa 11 Septembernya' yang juga buatan USA', lihat juga beberapa negara Islam timur-tengah yang dirasakan 'mengganggu' kepentingan barat non Islam dibuat 'terkapar' oleh perang antar saudara sesama muslim sendiri.

3. Yang masih hangat, Hillary Clinton mengakui pada 'Times' jika ISIS adalah ciptaan USA dengan segala maksud dan tujuannya. Namun 'hebatnya', tetaplah Islam yang disudutkan, bukan si pencipta dari teror itu sendiri? Jadi penggunaan logika terbalik pada masyarakat kita juga dunia dalam memandang Islam memang sedikit banya telah sukses.

4. Pun berlaku terhadap kerasnya respons negara-negara 'barat' terhadap 'kisah-kisah' yang kebetulan terjadi di Papua yang mayoritasnya non-Islam dalam merespon apa-apa yang sudah kita lakukan terhadap gerakan 'separatis' tersebut? Yang kita dituduh anti HAM-lah, tiadanya pemerataan-lah dan hal-hal lain yang bersifat provokatif bagi rakyat Papua itu sendiri.

5. Di domestik kita, lihat betapa dunia seolah 'meram' dan memilih tidak tahu apa-apa ketika tragedi perang saudara di POSO, Sampit, Ambon, Madura dan pun 'tragedi Ahmadiah' di setiap pelosok neger ini seolah dipandang tiada pernah terjadi di mata negara-negara PBB yang memang kebanyakan 'dikuasai' oleh para non-Islam?

Setelah membaca ke-lima paparan di atas, mari kita lihat hal di bawah ini,

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline