Lihat ke Halaman Asli

Keadilan Sosial bagi Sebagian Etnis dan Golongan

Diperbarui: 5 Juni 2017   05:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Di rezim ini, kami seolah dilarang keras berbicara/dakwah doktrin agama kami sendiri atau 'jeruji besi' akan disediakan dengan berbagai skenarionya.

Jika sampai melanggarnya, terbukti ada yang diskenariokan seolah makar, chat porno, korupsi, anti NKRI, teroris, radikalis dan lainnya lagi.

Di bahagian sebelah sana, mereka bolehlah mempraktikkan kebencian dengan minim larangan, malah seperti yang sudah kita saksikan, mereka dilindungi oleh negara dan tentunya dengan menggunakan uang pajak kami.

Mereka terus saja tanpa sungkan menista agama kami, kitab suci kami, ulama kami, pendidikan kami dan terakhir warisan kami yang diwakilkan oleh 'anak kecil plagiat' yang jauh dari paham apa itu Islam dan sub-kehidupannya.

Kami yang mayoritas ini terus menerus diminorkan dengan kata pribumi yang seolah anti Indonesia, tidak bhinneka, jauh dari Pancasila dan bahkan mereka lantang katakan jika kami juga tak becus menjadi sekedar rakyat.

Padahal kamilah yg buat Indonesia ini ada, yg mencipta Bhinneka dan yg mengkonklusikan Pancasila dari berbagai rujukan kitab-kitab dan segala budaya kami dan tak lupa terus menjaga NKRI yang memang rumah kami satu-satunya dengan segenap semangat kami.

Mereka selalu saja dibanggakan dengan segala kesuksesan material duniawinya di segala bidang di seantero Nuswantara kami.

Padahal secara kontekstual, mereka tak juga pernah berkeringat dan berdarah-darahterhadap segala perjuangan rakyat negeri ini, namun saat ini mereka teriak-teriak seolah merekalah yang Indonesia, Bhinneka dan Pancasila.

Karena,
Di saat kami sdg berjuang angkat senjata segenap jiwa raga, mereka hanya berdagang.
Di saat kami tak kenal lelah praktik kebhinekaan nan hidup bergandengan, mereka masih fokus berdagang.
Di saat kami berpluralis dan bertoleransi, mereka ya cuma lakukan berdagang.
Karena apapun yg kami telah, sedang dan akan lakukan, mereka tak ada lain selain berdagang.

Dan kini, setelah mereka sukses berdagang dan makmur nan kaya raya, kemudian tiba-tiba mereka akui seluruh perjuangan Indonesia kami, kebhinekaan kami dan segala kerja keras kami seolah milik ras dan kelompok mereka saja,

Ingatlah wahai kalian!, sabar kami saat ini adalah nafas keserakahan kalian walau entah sampai kapan kami akan mampu bertahan,

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline