Lihat ke Halaman Asli

Bhayu MH

WIrausaha - Pelatih/Pengajar (Trainer) - Konsultan MSDM/ Media/Branding/Marketing - Penulis - Aktivis

Meraba Selera Pembaca Kompasiana

Diperbarui: 1 Maret 2024   20:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tangkapan layar daftar tulisan saya di Kompasiana/dokpri

Saya baru mulai menulis lagi di Kompasiana bulan November 2023 lalu. Itu setelah absen lebih dari 7 tahun. Lantas absen lagi sekitar pertengahan Desember 2023 hingga pertengahan Februari 2024 ini. Dan saya masih terus meraba bagaimana selera pembaca Kompasiana kini.

Saya mengamati, isyu-isyu nasional terutama persoalan politik praktis dan kebangsaan masih punya tempat. Tapi sayang, banyak yang berupa asumsi tanpa diiringi fakta dan data yang kuat. Padahal, oleh "guru" di kelas menulis yang saya ikuti, tulisan saya kerapkali dikritik karena hal tersebut. Sementara, di Kompasiana, malah banyak yang lebih "ngawur" lagi. Menulis opini berdasarkan isyu dan "katanya". Persis seperti di media sosial yang kerap dilontarkan account anonim. Ironisnya, seringkali malah pembacanya banyak.

Memang, Kompasiana bukan Kompas. Di media massa tersebut yang sistem editorialnya ketat dan berlapis saja masih bisa "jebol". Misalnya dalam hal plagiasi atau naskah ganda. Plagiasi artinya penulis menyalin -baik seluruhnya atau sebagian- dari tulisan penulis lain. Sementara naskah ganda maksudnya penulis mengirimkan naskah opini ke lebih dari dua media massa, dan lebih dari satu pula yang dimuat. 

Prinsip opini di media massa selain keaslian atau orisinalitas, juga keistimewaan atau eksklusivitas. Tulisan dari penulis bersangkutan tersebut harus menjadi satu-satunya yang dimuat di media massa.

Akan halnya Kompasiana, saya amati semula merupakan platform blog bersama dari jurnalisme warga. Tapi saya melihat sekarang "positioning"-nya agak bergeser. Liputan jurnalis warga dihilangkan, menjadi lebih seperti platform opini umum.

Memang masih ada kategori "Halo Lokal". Akan tetapi, saya mengamati isinya tidak lagi kuat unsur liputan pemberitaannya seperti dahulu. Kebanyakan adalah artikel ringan atau dalam istilah jurnalistik disebut "feature".

Berkaca Dari Tulisan Sendiri

Karena tidak ada editor, maka tulisan di Kompasiana pastinya hanya diedit oleh penulisnya sendiri. Saya pun demikian. Meski begitu, saya berupaya menggunakan sistem tulis dan edit di waktu berbeda. Setelah selesai menulis, saya tidak langsung mengunggahnya. Melainkan mendiamkannya dulu beberapa saat, barulah kemudian diedit.

Di form unggahan Kompasiana, banyak fitur yang ditiadakan oleh pengembang. Karena saya memiliki situs internet sendiri dan terbiasa dengan CMS (Content Management System) Wordpress, maka saya tahu ketidaklengkapan fitur di Kompasiana. Misalnya saja untuk pointer, hanya ada satu jenis saja. Bahkan numbering tidak ada. 

Tidak ada juga fitur untuk "pangkat" seperti untuk pangkat di bilangan matematika, yang juga lazim dipakai untuk menandai kutipan. Pengunggahan foto juga hanya bisa centered, tidak bisa right or left aligned. Admin tidak mengaktifkan fitur-fitur tersebut. Semua itu menimbulkan keterbatasan. Tapi bagi saya tidak masalah selama tulisan bisa diunggah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline