Lihat ke Halaman Asli

Naviz De Vinci

Pembelajar di Universitas Maiyah

Forensik Psikiatri

Diperbarui: 3 Mei 2017   01:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Apa kata yang muncul di benak Anda ketika mendengar kata Forensik? Psikiatri? Kriminal, Dokter, Psikolog, Psikiater, Gangguan jiwa, Hukum, Polisi, Pengadilan. Begitu pulalah gambaran dalam diri saya ketika mendengar kata tersebut. Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas menyebutkan bahwa kata forensik berasal dari bahasa Latin forensis yang berarti "dari luar", adalah bidang ilmu pengetahuan yang digunakan untuk membantu proses penegakan keadilan melalui proses penerapan ilmu atau sains. Adapula yang mengatakan Psikiatri Forensik sebagai penerapan ilmu kedokteran jiwa untuk kepentingan hukum dan peradilan. Sedang Psikologi forensik adalah keterkaitan ilmu Psikologi dengan efek-efek dari faktor kognitif, afektif, dan perilaku terhadap proses hukum. Beberapa akibat dari kekhilafan manusia yang mempengaruhi berbagai aspek dalam bidang hukum seperti penilaian yang bias, ketergantungan pada stereotip, ingatan yang keliru, dan keputusan yang salah atau tidak adil.

Tepatnya 18 April 2017, pukul 09.00 matahari mulai menyembul dari awan-awan mendung hari itu. Kereta ICE (InterCity Express) dengan kecepatan 250 Km/jam telah siap mengantarkan saya dari kota Frankfurt menuju kota Ulm, sedang dari Kota Ulm ke Kota Riedlingen berpindah menggunakan kereta Regio. Perjalanan 3 jam akhirnya usai sudah, disambut hujan salju deras akhirnya tapak kaki saya menginjakkan kota Riedlingen. Umumnya salju sudah tidak lagi turun di bulan April, karena bulan Maret April adalah awal-awal musim semi dimana bunga-bunga Tulip mulai bermekaran, namun tahun ini memang perubahan musim ekstrem agak berbeda.

Sesampai di stasiun Riedlingen sambil mengondisikan barang-barang tiba-tiba ada yang memanggil saya, “Frau Wakhidah!”. Sambil mengondisikan koper saya pun menoleh ke sumber suara. Ternyata sudah di jemput on-time dari pihak rumah sakit. Setelah ditelisik lebih lanjut ternyata Beliau yang menjemput adalah Pflegedirektor (Direktur Perawat). “Wih, sudah on time, dijemput langsung sama Direktur lagi, mantab-mantab, keren integritas mereka,” batin dalam hati.

Hujan salju deras pun masih menemani perjalanan 10 Km dari kota Riedlingen ke kota kecil Zwiefalten, dimana Zentren fuer Psychiatrie Zwiefalten berada. Sesampai di Zwiefalten, Bapak Direktur menunjukkan Wohnung (sejenis apartemen kecil lengkap dengan dapur dan kamar mandi) dimana saya akan tinggal lebih dari setahun ke depan, dan Wohnung 4 lantai tersebut diperuntukkan khusus bagi semua karyawan “luar daerah” yang tidak memiliki tempat tinggal di sekitar kota Zwiefalten. 

Setelah ditunjukkan supermarket dan dikenalkan tempat-tempat penting di kota itu, Bapak Direktur menelepon Chef (Bos) Station saya akan bertugas nanti, di Station 3041 Forensic Psychiatrie. Chef saya pun datang dan mengantarkan saya ke Lantai 4 dari Rumah sakit itu, tempat station 3041 berada. Tiba diruangan dengan meja lonjong, para kolega sedang duduk manis merapatkan perkembangan “hasil” kerja dari petugas shift pagi. Hadir dalam ruangan tersebut Dokter, para Psikolog, para Pflege (Perawat) dan para Theraupetin (Terapis).   

***Bersambung***

#Writingchallenges3

Nafisatul Wakhidah

Zwiefalten, 3 Mei 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline